Selamat Datang

"Dunia adalah ladang untuk kampung akhirat"

Himbauan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Tulisan dalam blog ini boleh dicopy-kan dan disebarkan, karena tulisan ini sebenarnya juga diambil dari banyak sumber yang terdapat di dunia Maya dan beberapa tulisan penulis sendiri. selama niatnya untuk mengajak kepada yang ma'ruf dan menolak segala kejahatan maka selama itu pula pahala bagi orang-orang yang menyebarkannya.

"Fastabiqul Khairat"

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
(al-Imran 3:104)

Kamis, 31 Maret 2011

Kisah Teladan "Anak Penjual Kue"

Selesai berlibur dari kampung, saya harus kembali ke kota. Mengingat jalan tol yang juga padat, saya menyusuri jalan lama. Terasa mengantuk, saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan. "Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangangnya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajaannya.

"Tidak dik....abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas. dia berlalu. Begitu pesanan tiba, saya terus menikmatinya. Lebih kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri sepertinya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu saja.

"Abang sudang makan , tak mau beli kue saya?" katanya tenang ketika menghampiri meja saya.

"Abang baru selesai makan di, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pergi, tapi cuma disekita restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu ditanya....

"Tak mau beli kue saya bang..pak.kakak atau ibu." Molek budi bahasanya.

Pemilik rstoran itu pun tak melarang dia keluar masuk ke restorannya menemui pelanggan. Sambil memeperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.

Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Anak itu saya lihat berada agak jauh di deretan kedai yang sama. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menututp pintu. Belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi berdiri di tepi mobil. Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan cermin. Membalas senyumannya.

"Abang sudah kenyang, tapi mungkin abang perlukan kue saya untuk adik-adik abang, ibu atau ayah abang," katanya sopan sekali sambil tersenyum. Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya. Saya tatap wajahnya, berssih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mngulurkan selembar uang Rp 20.000,- saya ulurkan padanya.

"Ambil ini dik! Abang sedekah ....tak usah abang beli kue itu." saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan meningkat mendadak. Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya.

Setelah mesin mobil saya hidupkan . Saya memundurkan. Alangkah terperanjatnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp 20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya. Saya terkejut saya hentikan mobil, memanggil anak itu.

"Kenapa bang mau beli kue kah?" tanyannya.

"Kenapa adik berikan duit abang tadi pada pengemis itu? Duit itu abang berikan adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Bang saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, mak pasti marah. Kata mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat bang!" katanya begitu lancar.

Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.

"Abang mau beli semua kah?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk.

Lidah saya kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja bang....." Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia hingga hilang dari pandangan.

Dalam perjalanan, baru saya terfikir untuk bertanya statusnya. Anak yatim kah? Siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidiknya? Terus terang saya katakan , saya beli kuenya bukan lagi atas dasa kasihan, tetapi rasa kagum dengan sikapnya yang dapat menjadikan kerjanya suatu penghormatan. Sesungguhnya saya kagum dengan sikap anak itu.

Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.
Sumber : [disini]

Rabu, 30 Maret 2011

" Perilaku Air "

*Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup." (Q.S. Al
Anbiya:30)


Kristal air sebelum diperdengarkan doa

Kristal air sesudah diperdengarkan doa

*Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa
air semua akan mati kehausan. Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Emoto dari
Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku
air. Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama
Shinto, lalu didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto
dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata
molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi
dengan membacakan kata, "Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)" di
depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu
dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, "Arigato". Kristal
membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata
"setan", kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart,
kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal
diperdengarkan, kristal hancur.


Dr. Masaru Emoto
Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan "peace" di depan
sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan
indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam
dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah. Dr. Emoto
akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss,
Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB
di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005
lalu. Ternyata air bisa "mendengar" kata-kata, bisa "membaca" tulisan,
dan bisa "mengerti" pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in
Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam
pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak
di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain.
Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan
bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling
sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu
menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat
kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah
82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di
rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak
yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum
tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada
air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan
dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota
didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang
meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas. Rasulullah saw.
bersabda, "Zamzam lima syuriba lahu", "Air zamzam akan melaksanakan
pesan dan niat yang meminumnya". Barangsiapa minum supaya kenyang, dia
akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan
sembuh. Subhanallah ... Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena
dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi
Ibrahim a.s.

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan
tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air.
Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam,
daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap
manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat
wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib
mandi. Mati pun wajib dimandikan. Tidak ada agama lain yang menyuruh
memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar. Tetapi kita belum
melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang
secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah.

Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus
melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadis.

Wallahu a'lam ...

Sumber : [disini]

HIKMAH DI BALIK AMANAH

Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar Al-Anshari berkata: “Dulu, aku pernah berada di Makkah semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menjaganya, suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku menemukan sebuah kantong dari sutera yang diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera pula.

Aku memungutnya dan membawanya pulang ke rumah. Ketika aku buka, aku dapatkan didalamnya sebuah kalung permata yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Aku lalu keluar dari rumah, dan saat itu ada seorang bapak tua yang berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang kantong kain yang berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan, ‘Ini adalah bagi orang yang mau mengembalikan kantong sutera yang berisi permata’. Aku berkata pada diriku, ‘Aku sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar. Aku bisa mengambil uang dinar emas itu untuk aku manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera ini padanya’.

Maka aku berkata pada bapak tua itu, ‘Hai, kemarilah’. Lalu aku membawanya ke rumahku. Setibanya di rumah, dia menceritakan padaku ciri kantong sutera itu, ciri-ciri kaos kaki pengikatnya, ciri-ciri permata dan jumlahnya berikut benang yang mengikatnya. Maka aku mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya dan dia pun memberikan untukku lima ratus dinar, tetapi aku tidak mau mengambilnya. Aku katakan padanya, ‘Memang seharusnya aku mengembalikannya kepadamu tanpa mengambil upah untuk itu’. Ternyata dia bersikeras, ‘Kau harus mau menerimanya’, sambil memaksaku terus-menerus. Aku tetap pada pendirianku, tak mau menerima.

Akhirnya bapak tua itu pun pergi meninggalkanku. Adapun aku, beberapa waktu setelah kejadian itu aku keluar dari kota Makkah dan berlayar dengan perahu. Di tengah laut, perahu tumpangan itu pecah, orang-orang semua tenggelam dengan harta benda mereka. Tetapi aku selamat, dengan menumpang potongan papan dari pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu aku tetap berada di laut, tak tahu ke mana hendak pergi!

Akhirnya aku tiba di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku duduk di salah satu masjid mereka sambil membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika mereka tahu bagaimana aku membacanya, tak seorang pun dari penduduk pulau tersebut kecuali dia datang kepadaku dan mengatakan, ‘Ajarkanlah Al-Qur’an kepadaku’. Aku penuhi permintaan mereka. Dari mereka aku mendapat harta yang banyak.

Di dalam masjid, aku menemukan beberapa lembar dari mushaf, aku mengambil dan mulai membacanya. Lalu mereka bertanya, ‘Kau bisa menulis?’, aku jawab, ‘Ya’. Mereka berkata, ‘Kalau begitu, ajarilah kami menulis’. Mereka pun datang dengan anak-anak juga dan para remaja mereka. Aku ajari mereka tulis-menulis. Dari itu juga aku mendapat banyak uang. Setelah itu mereka berkata, ‘Kami mempunyai seorang puteri yatim, dia mempunyai harta yang cukup. Maukah kau menikahinya?’ Aku menolak. Tetapi mereka terus mendesak, ‘Tidak bisa, kau harus mau’. Akhirnya aku menuruti keinginan mereka juga. Ketika mereka membawa anak perempuan itu kehadapanku, aku pandangi dia. Tiba-tiba aku melihat kalung permata yang dulu pernah aku temukan di Makkah melingkar di lehernya. Tak ada yang aku lakukan saat itu kecuali hanya terus memperhatikan kalung permata itu.

Mereka berkata, ‘Sungguh, kau telah menghancurkan hati perempuan yatim ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu dan tidak memperhatikan orangnya’. Maka saya ceritakan kepada mereka kisah saya dengan kalung tersebut. Setelah mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan takbir hingga terdengar oleh penduduk setempat. ‘Ada apa dengan kalian?’, kataku bertanya. Mereka menjawab, ‘Tahukah engkau, bahwa orang tua yang mengambil kalung itu darimu saat itu adalah ayah anak perempuan ini’. Dia pernah mengatakan, ‘Aku tidak pernah mendapatkan seorang muslim di dunia ini (sebaik) orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku’.

Dia juga berdoa, ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang itu hingga aku dapat menikahkannya dengan puteriku’, dan sekarang sudah menjadi kenyataan’. Aku mulai mengarungi kehidupan bersamanya dan kami dikaruniai dua orang anak. Kemudian isteriku meninggal dan kalung permata menjadi harta pusaka untukku dan untuk kedua anakku. Tetapi kedua anakku itu meninggal juga, hingga kalung permata itu jatuh ke tanganku. Lalu aku menjualnya seharga seratus ribu dinar. Dan harta yang kalian lihat ada padaku sekarang ini adalah sisa dari uang 100 ribu dinar itu.”

Selasa, 29 Maret 2011

Menumbuhkan Kesadaran Iman

Manusia yang diberi anugerah akal oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala, sehingga dengannya ia lebih mulia dan lebih istimewa dibanding makhluq yang lain, seharusnya mempunyai kesadaran imani yang tinggi, menyadari bahwa alam semesta beserta isi-isinya adalah ciptaan Allah dan milik-Nya semata, termasuk di dalamnya adalah manusia itu sendiri (Baca: Rububiyah Allah). Manusia harus sadar betul, bahwa dirinya adalah merupakan salah satu ciptaan Allah dan milik-Nya. Manusia tidak pernah merencanakan keberadaan dan kehidupannya di dunia ini, dan sebagaimana ketika ia telah hadir di dunia ini pun, tidak pernah merencanakan pula kematiannya. Allah sang Pencipta yang telah merencanakan semua itu.
“Dialah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan, supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya”. (Al-Mulk: 2)
Kesadaran akan kepemilikan Allah terhadap diri manusia akan melahirkan sikap yang sangat mulia, yaitu:
  1. Rasa Tunduk dan Patuh kepada Allah Sang Pemilik yang Telah Menciptakannya.
Ketika seseorang mengetahui, bahwa dirinya berada dibawah kepemilikan dan kekuasaan Allah, dan menyadari, bahwa Allah menciptakan dirinya agar menjadi hamba-Nya dan menghambakan diri (beribadah) kepada-Nya semasa hidupnya, maka hidup di atas ajaran (syari`at)Nya sebagaimana petunjuk rasul-Nya, patuh dan tuduk kepada Allah Sang Pemilik adalah segala-galanya dan merupakan keniscayaan yang tidak bisa ditawar.
2. Merasakan Keagungan dan Kebesaran Allah Subhannahu wa Ta’ala yang Tampak Pada Dirinya dan Pada Alam Semesta.
Alam semesta dengan segala keajaiban-keajaiban yang ada padanya dan manusia yang merupakan makhluk yang sangat unik bila dibanding dengan makhluk lainnya adalah menunjukkan betapa agungnya Allah, betapa besar kekuasaan-Nya, betapa luas pengetahuan-Nya, betapa sempurnanya Dia dan betapa besar karunia-Nya. Keagungan dan kebesaran Allah yang menghiasi hati manusia akan tampak pada kelumit kedua bibirnya, seraya menyadari kenyataan ini dengan mengucapan,
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini semua dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka”. (Ali Imran: 191)
Dari kesadaran ini ia merasakan kerendahan dirinya, kelemahan dan kerapuhannya di hadapan Allah. Maka dari itu ia merasa, bahwa manusia semua adalah sama seperti dirinya, milik dan ciptaan Allah Subhannahu wa Ta’ala tidak lebih dari itu, dan dalam pandangannya, manusia yang paling mulia adalah dia yang paling bertaqwa di hadapan Allah. Keagungan dan kebesaran Allah yang ia rasakan benar-benar telah menjadikan dirinya tawadhu’ (bersikap rendah hati) terhadap sesama makhluk Allah, membuat dia merasa bersaudara, mendorongnya untuk saling menolong. Tidak terlintas sedikitpun di dalam benaknya rasa sombong terhadap orang lain, karena memang tidak ada yang pantas ia sombongkan, karena ia tahu, bahwa semua apapun kelebihan yang ada pada dirinya adalah karunia dan pemberian dari Allah Subhannahu wa Ta’ala.
Bahkan lebih dari itu, ia benar-benar merasakan bahwa Allah selalu melihatnya, mengetahui perbuatannya, mendengar segala ucapannya dan mengetahui jalan fikirannya, juga kondisi batinya. Kesadaran ini pada gilirannya membawa dia kepada sikap muraqabah dan hati-hati dalam berbuat, berkata dan bertindak.
3. Rasa Syukur dan Terimakasih atas Segala Karunia yang Telah Dia Berikan Padanya.
Bagi mereka yang sadar akan kepemilikan dan kebesaran Allah serta keagungan karunia-Nya yang ia rasakan akan membuatnya sadar, bahwa tanpa karunia dari-Nya ia tidak akan hadir di muka bumi ini dan tidak akan merasakan betapa kehidupan ini adalah ni`mat dan karunia dari-Nya. Oleh karenanya, mengakui Pemberi karunia, rasa syukur dan ucapan-ucapan terima kasih kepada-Nya akan selalu tampak dalam sikap dan ucapannya, seperti yang tergambar pada sosok hamba paripurna, Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam,
“Ya Allah, apapun kenikmatan yang ada padaku pada pagi ini, atau ada pada siapu pun di antara manusia, maka itu semua berasal dari-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu. Maka hanya bagi-Mu lah segala pujian dan segala kesyukuran”
” Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku (Pencipta, Pemilik dan Pengaturku), tiada sembahah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah yang mencip-takanku, dan akupun menjadi budak-Mu, dan aku tetap berpegang teguh kepada janji-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang telah aku lakukan; aku mengakui semua karunia-Mu kepadaku, dan aku menga-kui pula dosa-dosaku, maka ampunialah aku. Sesungguhnya tiada yang mengam-puni dosa selain Engkau”.
Do`a dan dzikir yang beliau ucap-kan itu menunjukkan betapa tingginya kesadaran Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam akan kerububiyahan Allah Subhannahu wa Ta’ala atas dirinya dan atas alam semesta ini (kedua do’a di atas adalah di antara sebagian dzikir pagi dan sore yang warid).
Sebaliknya, ketika manusia tidak sadar akan kepemilikan Allah atas alam semesta dan dirinya, maka lahir sikap dan sifat yang sangat tercela, seperti: sombong, angkuh dan kufur. Dari sinilah lahir berbagai macam penyakit ruhani dan penyakit-penyakit sosial yang sangat berbahaya.
Tidakkah orang yang angkuh dan sombong itu merasa dirinya adalah segala-galanya, tidak ada yang menandinginya, dan memandang orang lain rendah! Lalu dari situ ia berkeinginan agar orang lain menyanjung dan tunduk kepadanya?! Jangan engkau berharap ia tunduk dan patuh kepada manusia seperti anda, kepada Allah sang Pemilik dan Pencipta saja ia tidak mengakui dan tidak menyadarinya!
Lihatlah sosok manusia angkuh nan sombong yang diabadikan kisah-nya oleh Allah di dalam al-Qur’an untuk dijadikan sebagai `ibroh dan pelajaran. Dialah Fir`aun yang memproklamirkan diri sebagai tuhan dan memaksa rak-yatnya agar menyembah kepadanya. Fir`aun benar-benar telah melampaui batas. Dia tidak sadar, bahwa dirinya adalah milik dan ciptaan Allah yang sangat terbatas dan lemah, tidak dapat menghindarkan dirinya dari kematian! Kealpaan dari kesadaran akan kepemilikan Allah dan kekuasaan-Nya dari dirinya telah menyeretnya kepada tindakan merampas hak-hak prerogatif Allah Subhannahu wa Ta’ala. Ia buat atauran-aturan, lalu ia paksa manusia yang tidak berdaya untuk mematuhinya, termasuk keharusan menyembah dan mengagung-agungkannya. Dan jika mereka tidak mau tunduk, maka pedang terhunus selalu siap memenggal leher kepalanya.
Sesungguhnya banyak sekali manusia, kecuali orang yang dilindungi Allah, yang tidak menyadari kenyataan ini, berjalan di permukaan bumi tidak merasa dimiliki Allah, tidak sadar bahwa Allah mengetahui dan melihat seluruh apa yang ia lakukan, dan akan membalasnya nanti di akhirat. Akibat-nya, ia diperbudak oleh hawa nafsu, senang melakukan kemaksiatan dan perbuatan dosa, meninggalkan shalat, enggan bertobat dan berbuat kebajikan.
Untuk itu, sadarlah wahai manusia! Sesungguhnya jasad kita amatlah rapuh bila dibandingkan dengan makhluk lainnya, seperti batu, tanah dan lain-lain. Keistemewaan kita dari makhluk yang lain hanyah terletak pada akal kita. Akal kita pun sangat terbatas kemampuannya bila dibandingkan dengan kekuasaan Allah Subhannahu wa Ta’ala. Maka, jangan anda tertipu dengan kecerdasan akal yang ada pada diri anda. Jangan sekali-kali anda menjadi congkak, sombong dan keras kepala karena akal dan nafsu anda, lalu tidak beriman kepada Hari Kiamat, karena anda pandang tidak masuk akal anda, sebagaimana teguran Allah,
“Dan apakah manusia tidak memperhatikan, bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), lalu tiba-tiba ia menjadi penentang yang nyata!”. (Yasin: 77)
Mereka adalah manusia-manusia yang lupa akan asal kejadiannya, dan lupa pula ke mana akhir dari kehidupannya. Mereka tidak percaya kalau Allah akan membangkitkan dan menghidupkannya lagi, sebab menurut persangkaan dan akal tidak mungkin tulang belulang yang telah lebur akan hidup lagi, mustahil! Dengan congkaknya mereka menyanggah Allah, sebagaimana telah difirmankan:
“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan ia lupa pada kejadian dirinya; ia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?”. (Yasin: 78)
Maka Allah pun memberikan jawaban yang telak untuk mereka, “Katakanlah, ia akan dihidupkan oleh Rabb yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk”. (QS. 36:79)
Maka kini giliran manusia yang harus menjawab pertanyaan dari Allah,
“Dan bukankah Rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu?
Kalau manusia masih belum mau tahu juga, maka Allah telah memberikan jawaban yang begitu gamblang,
“Benar, Dia berkuasa dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui” (QS. 36: 81)
Tunduk dan patuhlah kepada Allah yang telah memberikan kehidupan kepada kita, berimanlah kepada apa yang ia firmankan dan kepada apa yang disabdakan oleh Rasul-Nya. Ingatlah, usia kita bukan makin bertambah, melainkan makin berkurang; dan dengan begitu kematian segera akan menjemput untuk dihadapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa Pemilik segala-galanya. Dan kalau ada manusia yang tidak mau tunduk kepada Allah, maka suatu saat dia pasti akan tunduk terhadap salah satu ciptaan Allah, maut! Baik dengan terpaksa maupun sukarela. Jika seluruh manusia tunduk terhadap maut, padahal maut tunduk terhadap Allah, maka apa tidak sepantasnya manusia itu lebih tunduk lagi kepada Penguasa maut?
Bukalah lembaran sejarah hidup-mu kembali, menolehlah ke belakang, lalu tanyakan, apa yang telah saya lakukan untuk hari kemudian?
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendak-lah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhi-rat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. 59:18)
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)?” (QS 57:16)
Al Fudhail ibnu ‘Iyadh, ketika mendengar seseorang membaca ayat ini dia berkata, “Benar wahai Rabb, kini sudah saatnya (untuk tunduk)!”. Beliau lalu bertaubat dari pekerjaannya sebagai pembegal, lalu Allah mengaruniakan kepada beliau ilmu. Marilah masing masing kita menjawabnya! Wallahu a’lam bish shawab.

Senin, 28 Maret 2011

Sepuluh Nasihat Rasulullah SAW kepada Fatimah Az-Zahra

Ada 10 nasihat rasulullah kepada fatimah kepada putrinya, Fatimah Az-Zahra binti Rasulillah SAW. Sepuluh nasihat yang beliau sampaikan merupakan mutiara yang termahal nilainya, khususnya bagi setiap istri yang mendambakan keshalehan. Nasihat atau wasiat tersebut adalah :
1. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya kelak Allah tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diadonnya dan juga Allah akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.
2. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.
3. Wahai Fatimah! Sesungguhnya seorang yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
4. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membantu kebutuhan tetangganya, maka Allah akan membantunya untuk dapat minum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.
5. Wahai Fatimah! Yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridha kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah wahai Fatimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.
6. Wahai Fatimah! Di saat seorang wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah tetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan serta melebur seribu kejelekan. Ketika seorang wanita merasa sakit akan melahirkan, maka Allah tetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang di jalan Allah. Di saat seorang wanita melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika ia dilahirkan dari kandungan ibunya. Di saat seorang wanita meninggal ketika melahirkan, maka tidak akan membawa dosa sedikitpun. Di dalam kubur akan mendapat taman indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allah memberikan pahala kepadanya sama dengan pahala sribu orang yang melaksanakn ibadah haji dan umrah dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.
7. Wahai Fatimah! Di saat seorang istri melayani suaminya selama sehari semalam dengan rasa senang dan ikhlas, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya pada hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Allah pun akan memberikan kepadanya pahala seratus kali ibadah haji dan umrah.
8. Wahai Fatimah! Di saat seorang istri tersenyum di hadapan suaminya maka Allah akan memandangnya dengan pandangan penuh kasih.
9. Wahai Fatimah! Disaat seorang istri membentangkan alas tidur untuk suaminya dengan rasa senang hati, maka para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.
10. Wahai Fatimah! Disaat seorang wanita meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggot dan memotong kumisnya, serta memotong kukunya, maka Allah akan memberi minuman arak yang dikemas indah kepadanya, yang didatangkan dari sungai-sungai surga. Allahpun akan mempermudah sakaratul maut baginya, serta menjadikan kuburnya bagian dari taman surga. Allahpun menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shiratal-mustaqim dengan selamat.

Jumat, 25 Maret 2011

Download Lagu

Buat ente-ente yang suka dengerin musik aliran sabarang kayak ana, nich ana kasih :

Judul Lagu :
  1. Qasidah Ya Baitil Haram "Wafiq Azizah"
  2. Hamawi Ya Mis Mis "Wafiq Azizah"
  3. Sometimes Love Just Ain't Enough  " Patty Smith and Don Hanley"
  4. From This Moment On  "Shania Twain"
  5. I Swear 
  6. "All For Love"  Bryan Adam
  7. Jang Harap Beta Lai 'Lagu Ambon"
  8. Kadera Pengantin 
  9. Kolak Sarabi "Lagu Minang"
  10. Ashabul Kahfi "Raihan"
  11. Gambus Ambon "Buru Ka Manipa"
  12. Ching Ai Ching Ai  "Raihan"
  13. Hasbi Rabbi
  14. Assalamu'alaikum   "Raihan"  
  15. Muhammad Nabiku "Hadad Alwi [download]
  16. Marhaban Ya Ramadhan "Hadad Alwi dan Sulis [download]
  17. I Wanna Take It Forever Tonight [download]
  18. Pagar Makan Tanaman "Mansyur S" [download]
silahkan didownload, GPB (ngak pake bayar) heheheheee.......

From This Moment On "Shania Twain"

From this moment life has begun
From this moment you are the one
Right beside you is where I belong
From this moment on
From this moment I have been blessed
I live only for your happiness
And for your love I'd give my last breath
From this moment on
I give my hand to you with all my heart
Can't wait to live my life with you, can't wait to start
You and I will never be apart
My dreams came true because of you
From this moment as long as I Iive
I will love you, I promise you this
There is nothing I wouldn't give
From this moment on
You're the reason I believe in love
And you're the answer to my prayers from up above
All we need is just the two of us
My dreams came true because of you
From this moment as long as I live
I will love you, I promise you this
There is nothing I wouldn't give
From this moment
I will love you as long as I live
From this moment on