Selamat Datang

"Dunia adalah ladang untuk kampung akhirat"

Himbauan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Tulisan dalam blog ini boleh dicopy-kan dan disebarkan, karena tulisan ini sebenarnya juga diambil dari banyak sumber yang terdapat di dunia Maya dan beberapa tulisan penulis sendiri. selama niatnya untuk mengajak kepada yang ma'ruf dan menolak segala kejahatan maka selama itu pula pahala bagi orang-orang yang menyebarkannya.

"Fastabiqul Khairat"

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
(al-Imran 3:104)

Senin, 26 Maret 2012

UNTUNG DI RUMAH MEREKA ADA DAUN PINTU

Alkisah, ada seorang janda miskin dan anaknya yang masih kecil. Mereka tinggal di sebuah kamar sederhana lagi mungil yang berada di bagian paling atas sebuah rumah susun. Hidup mereka sangat sederhana dan dalam situasi sulit. Namun, keluarga kecil ini dikaruniai nikmat yang cukup besar, keridhaan, jiwa besar, merasa puas dengan apa yang ada, memiliki keyakinan kuat yang merupakan harta karun tiada tara. Hanya satu hal yang kadang membuat sang ibu merasa jengkel dan tidak nyaman, ketika musim dingin tiba, curah hujan selalu menjadi masalah rumah kecilnya itu. Rumah tempat tinggal mereka layaknya seperti ruangan biasa yang terdiri dari empat sisi. Ada pintu masuk yang terbuat dari kayu, tetapi sayang rumah itu tidak ada atapnya. Selama empat tahun usia anaknya, pemerintah setempat tidak pernah memperhatikan sulit dan susah payahnya hidup mereka.

Pada suatu hari, dari dalam rumah mereka melihat awan berkumpul dan langit dipenuhi awan gelap menyelimuti kota. Tepat pada malam hari hujan turun begitu deras mengguyur seluruh penjuru kota. Seketika keramaian kota hilang. Seluruh masyarakat berlindung di rumah masing-masing dengan tenang. Sedangkan seorang ibu janda dengan anaknya berjuang menghadapi situasi sulit ini.

Anak kecil berumur empat tahun itu memandangi ibunya yang sedang kebingungan dan duduk dipangkuan sang ibu. Baju ibunya basah kuyup. Rumah mereka yang sangat sederhana sekali itu penuh dengan genangan air hujan yang begitu deras pada malam itu. Sang ibu bergegas ke pintu dan mencabut daun pintu, lalu menyandarkan, sehingga ia bisa menempel miring ke dinding, lalu anaknya bisa berlindung di belakang pintu itu dan tidak kena guyuran hujan lebat.

Anaknya kemudian tersenyum bangga menyaksikan apa yang dilakukan ibunya. Wajah anak itu berseri seraya tersenyum merasa puas dan penuh kerelaan dan ridha. Si anak berkata kepada ibunya, “Ibu, sungguh kasihan orang-orang fakir. Mereka tidak punya daun pintu ketika hujan turun!” Kejadian itu membuat anak kecil ini sangat senang dan puas. Dia baru sadar, bahwa ternyata dia termasuk orang kaya.

Di rumah mereka ada pintu. Betapa indah sikap ridha dan rasa puas yang mereka miliki. Sifat ini adalah sumber kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Sifat ini juga mencegah penyakit dengki, memberontak, dan merasa hidup pahit. Dari kisah ini banyak hikmah yang dapat dipetik di antaranya:

- Saat rugi datang melanda, seseorang tidak dinyatakan kalah. Kekalahan dalam hidup justru terjadi pada saat pasrah dan menyerah pada keadaan tanpa melakukan tindakan apapun.

- Orang yang berhasil di akhir hidupnya adalah yang punya kemampuan untuk bertahan dan bersabar.

Selasa, 20 Maret 2012

Doa AshabuL Kahfi

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)"." (QS. Al-Kahfi: 10)
Doa di atas dibaca para pemuda Ashabul Kahfi saat memasuki goa. Mereka berlindung ke dalamnya karena khawatir akan keselamatan agama mereka. Karena raja yang berkuasa di daerah tempat tinggal mereka membenci dan memusuhi keyakinan para Ashabul Kahfi.
Banyak mufassirin generasi salaf dan khalaf yang menyebutkan, para pemuda tersebut terdiri dari anak-anak raja Romawi dan orang-orang terhormat mereka yang bersatu karena iman. Saling bantu-membantu menegakkan ibadah kepada Allah semata dalam tempat ibadah yang mereka bangun bersama. Terus bertahan demikian sehingga mereka diketahui oleh kaumnya. Kemudian mereka dilaporkan kepada raja mereka. Sang raja memanggil mereka untuk datang menghadap kepadanya. Lalu ia bertanya tentang hal ihwal dan kegiatan mereka. Lalu mereka menjawab dengan sebenarnya dan mengajak raja itu untuk menyembah Allah Ta'ala.
وَرَبَطْنَا عَلَى قُلُوبِهِمْ إِذْ قَامُوا فَقَالُوا رَبُّنَا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَنْ نَدْعُوَ مِنْ دُونِهِ إِلَهًا لَقَدْ قُلْنَا إِذًا شَطَطًا هَؤُلَاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آَلِهَةً لَوْلَا يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
"Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran". Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih lalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?" (QS. Al-Kahfi: 14-15)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Allah Ta'ala berfirman: Kami jadikan mereka bersabar atas tindakannya menentang kaum mereka sendiri, meninggalkan kampung halaman mereka dan meninggalkan kehidupan yang enak, kebahagiaan, dan kenikmatan."
Sesudah mereka menyeru raja untuk beriman kepada Allah, maka raja menolak seruan tersebut. Bahkan ia mengancam mereka dan menyuruh menanggalkan pakaian yang mereka kenakan, yang padanya terdapat perhiasan kaumnya. Kemudia ia memberikan waktu kepada mereka untuk berpikir supaya rela meninggalkan keyakinan mereka.
Kemudian Allah menurunkan rahmat dan kasih sayangnya kepada para pemuda Ashabul Kahfi, di mana pada masa penangguhan itu mereka berhasil melarikan diri demi mempertahankan agama yang dianutnya dari fitnah. Lalu mereka ber'uzlah, dan Allah menurunkan ilham-Nya kepada mereka agar berlindung ke dalam gua, mencari tempat di sana sehingga raja dan kaumnya kehilangan jejak mereka. Hal ini diterangkan dalam firman-Nya,
وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرفَقًا
"Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu." (QS. Al-Kahfi: 16)
Raja dan kaumnya terus mencari para pemuda Ashabul Kahfi, tapi tidak menemukannya. Bahkan Allah membutakan raja dan kaumnya untuk mendapatkan berita para pemuda tersebut. Hal ini sebagaimana Allah membutakan kaum kafir Quraisy yang memburu Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan Abu Bakar al-Shiddiq, saat keduanya bersembunyi di gua Tsur dalam keberangkatan hijrah ke Madinah. Padahal Kafir Quraisy telah melalui tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakar, namun mereka tidak mendapatkan keduanya.
Nah, pada saat mereka akan memasuki gua di sebuah gunung, tempat sembunyi dan berlindung dari raja dan kaumnya yang kafir, mereka berdoa kepada Allah Ta'ala saat memasukinya, memohon rahmat dan kebaikan-Nya,
رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)"." (QS. Al-Kahfi: 10)
Maksudnya: Anugerahkan kepada kami rahmat dari sisi-Mu, yang dengannya Engkau rahmati kami dan selamatkan kami dari kaum kami. Dan tetapkanlah petunjuk yang lurus kepada kami dalam urusan kami. Dengan kata lain, jadkanlah kesudahan akhir kami di bawah petunjuk yang lurus. Sebagaimana doa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْآخِرَةِ
"Ya Allah, jadikanlah baik akhir kesudahan kami dalam semua urusan, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan azab akhirat." (HR. Ahmad dari Busr bin Arthah al-Qurasyi)
Kemudian Allah menurunkan urusan-Nya kepada mereka, menjadikan mereka tertidur bertahun-tahun lamanya sesaat sesudah mereka memasuki goa, yakni 309 tahun. Dan saat mereka terbangun, kondisi masyarakat sudah berubah. Raja yang berkuasa adalah seorang muslim yang menurut satu riwayat namanya, Yandusus. Rakyatnya juga demikian. Sehingga saat raja dan rakyatnya menemui mereka di dalam goa, para Ashabul Kahfi merasa bahagia dan bercengkrama bersamanya. Kemudian mereka meninggalkan para pemuda tersebut dan mengucapkan salam kepada mereka. Lalu mereka kembali ke tempat pembaringan mereka sehingga Allah mewafatkan mereka. Wallahu Ta'ala a'lam.

Sumber klik di sini

Baca Juga =>

Senin, 30 Januari 2012

Ternyata Facebook sudah “Diramalkan” sejak 14 Abad Silam

Suatu ketika selepas Ashar di Masjid Al Hikam. Di salah satu pojok masjid tersebut terdapat Ranid dengan dua orang temannya yakni Ahmad dan Ilmi yang terlihat sedang mendiskusikan sesuatu. Kali ini tema yang diangkat seputar masalah I’jazul Quran (Mukjizat Al Quran). Diskusi yang berjalan cukup santai namun sarat akan ilmu.
Ahmad adalah seorang mahasiswa salah satu PTS di Jakarta dengan program studi Matematika. Seorang calon pengabdi masyarakat dengan ilmunya. Ahmad selalu berupaya mengaitkan Al-Qur’an dengan bidang studinya matematika. Ahmad sering berkutat dengan angka-angka dalam Al-Qur’an.


Ahmad pun memulai diskusi. “Subhanallah alquran itu bener-bener mukjizat. gw pernah baca di Internet bahwa ternyata kata Yaum (hari) di dalam alquran sebanyak 365 kata sama seperti jumlah hari dalam satu tahun, kata syahr (bulan) disebutin 12 kali sama kayak jumlah bulan dalam satu tahun, sab’u (minggu) disebutin 7 kali sama dengan jumlah hari per minggu. Belum lagi kata-kata yang berlawan kata. Misalnya ad dunya 115 kali, al akhiroh juga 115 kali. Malaikat 88 kali sedangkan asy syayathin 88 kali juga. Al hayat 145 kali begitupun dengan Al Maut yang juga 145 kali. Belum lagi angka 19 yang disebutin dalam alquran surat Al Mudatsir ayat 30. Sebetulnya masih banyak tapi mending antum liat di internet aja nafsi-nafsi, tinggal tanya mbah google ketik key word nya keajaiban angka dalam alquran,” Celoteh Ahmad sekaligus mengakhiri presentasinya.

Tiba giliran Ranid memaparkan pengetahuannya seputar masalah mukjizat Quran. Ranid memang sangat menyenangi diskusi-diskusi tentang kajian Islam berhubung program studi Ranid adalah bahasa Arab yang ia geluti di salah satu Ma’had Lughoh di Jakarta. Maka ia akan memaparkan sepengetahuannya tentang I’jazul Quran dari sudut pandang bahasa.
Setelah mengucapkan basmalah seraya memuji Allah dengan hamdalah, serta sholawat kepada Nabi SAW. Ranid pun mulai berkata “Mumtaz! ustadz Ahmad mantep dah penjelasannya, giliran ane ya? Gini jadi mukjizat kalo diliat dari segi bahasa maka secara sederhana dapat diartikan sebagai ‘senjata’ untuk melemahkan terhadap tantangan dakwah yang ada. Contoh di zaman nabi Musa AS berhubung waktu itu sihir sedang ngetrend-ngetrendnya maka Allah kasih mukjizat nabi Musa AS ‘menyerupai’ sihir, tapi bukan sihir, dengan tongkatnya yang terkenal. Bisa berubah jadi ular, ngebelah lautan, dsb. Trus di zaman nabi Isa AS berhubung waktu itu ilmu kedokteran lagi maju-majunya maka Allah kasih kepada nabi Isa AS mukjizat yang berhubungan dengan dunia pengobatan. Nah, di zaman Rasul SAW pada masa itu kaum jahiliyyah terkenal akan syairnya yang luar biasa Indahnya. Maka Allah pun memberikan kepada Nabi SAW berupa alquran sebuah mukjizat yang begitu sangat tinggi dan sarat akan nilai sastranya.”
Ranid masih melanjutkan pemaparannya “bahkan Allah nantangin mereka kaum kafir untuk buat satu surat saja yang semisal dengan alquran. Coba ente berdua buka Al-Baqoroh ayat 23
‘dan jika kamu meragukan Al-Quran yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) maka buatlah satu surat semisalnya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang yang benar,’
dan dilanjutan ayatnya, bahwa Allah sudah kasih garansi, mereka pasti gak akan mampu ngebuatnya. Pernah ada kisah tentang Musailamah Al-Kadzdzab yang coba-coba buat alquran tandingan. Salah satu suratnya niru-niru al-fiil. Dan surat gadungan itu ditertawakan banyak orang karena diliat dari sisi bahasa dan maknanya betul-betul jelek. Dan satu hal lagi cuma alquran kitab suci yang bisa dihafal oleh jutaan manusia walaupun manusianya itu sendiri pun tidak mengetahui arti alquran. Bahkan uniknya juga, hafalannya tersebut lengkap sampai titik dan komanya. Subhanallah maha benar Allah dalam firmanNya ‘dan sungguh Kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan’ Al-Qomar ayat 17,” Ranid pun mengakhiri makalah yang dibawakannya.
Selanjutnya giliran Ilmi yang mendapat giliran menjelaskan mukjizat quran berdasarkan studi yang ia geluti. Ilmi adalah seorang mahasiswa IT di salah satu PTS di Jakarta. Berbeda dengan kedua orang sahabatnya tadi, Ikhwan lajang ini tengah mengerjakan tugas akhir dalam perkuliahannya. Hal ini dikarenakan Ilmi terlebih dahulu kuliah selepas SMA daripada Ahmad dan Ranid yang sempat menunda jenjang akademisnya.
Lengkap dengan stelan kacamata khas para hacker di film Hollywood, Ilmi pun memulai pembicaraannya. “sebenernya ane belum mau mengatakan ini mukjizat atau gak? terus terang ane gak berani. Tapi salah satu point yang pernah ane dengar dalam seminar Qur’an bahwa kenapa Qur’an disebut mukjizat tak lain dan tak bukan adalah karena kebenarannya dalam ‘meramal’ masa depan. Betul gak Ran?” Ilmi bertanya pada Ranid. Ranid pun mengiyakan pernyataan Ilmi dengan mengaggukan kepala, seolah tak mau kehilangan pemaparan dari Ilmi sahabatnya.
Ilmi melanjutkan “surat al-lahab contohnya, di situ Allah memastikan bahwa Abu Lahab bakalan tetep kafir dan masuk neraka. Dan ketika surat itu turun di Mekkah, Abu Lahab ternyata masih hidup. Sekarang coba antum bayangin kalo seandainya Abu Lahab itu tergerak hatinya untuk masuk Islam atau pun pura-pura masuk Islam maka Al-Quran akan dipertanyakan kebenarannya dari dulu sampai sekarang. Ataupun di surat Ar-Rum di situ dijelaskan bahwa Romawi bakalan menang melawan Persia. Dan itu subhanallah terjadi beberpa tahun kemudian. Setelah pada peperangan yang sebelumnya Romawi kalah maka pada peperangan selanjutnya Romawi menang telak.
Dan satu lagi peristiwa fathul Mekkah di surat Al-Fath. Allah memastikan kaum Muslimin akan memasuki Mekkah setelah sekian lama hijrah ke Madinah. Dan subhanallah hal itu terbukti.”
Fenomena Al-Fisbukiyyah dalam Al-Qur’an
“Ah itu mah dari aspek sejarah Mi, coba dari aspek IT sesuai sama studi ente?” Tanya Ranid seolah menantang Ilmi. “Weitss, tenang-tenang ane kan belum selesai jelasinnya, ana lanjut ya!” Jawab Ilmi. “Nah berhubung tadi ane bilang ana gak berani nyebut ini mukjizat atau nggak, maka ane akan bilang ini kehebatan Quran.” Ilmi masih melanjutkan, sementara kedua rekannya Ahmad dan Ranid masih terus diam dan menyimak kata per kata yang akan terlontar dari mulut Ilmi. “ente berdua tau gak, bahwa sejak 1400 tahun yang lalu alquran sudah menyinggung tentang Facebook dan kawan-kawannya?!” Ahmad sang Cagur (Calon Guru) tertegun diiringi dengan tertawa kecil seolah tak percaya statmen Ilmi. Lain lagi dengan Ranid yang masih berpikir dan mencari-cari bahwa apakah benar kata Facebook ada di dalam alquran. Dengan mencoba mentashrif pola-pola fi’il.
Ilmi meneruskan kembali pemaparannya “Ahmad, coba ente berdua buka surat Al-Ma’arij ayat 19-21
“‘Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan dia jadi kikir.’
Ayat ini menjelaskan fenomena jama’ah “Al-Fisbukiyyah” secara umum. Coba ente-ente liat wirid-wirid mereka.
Kebanyakan isinya keluh kesah. Temanya udah mirip sinetron mendayu-dayu sampai bikin air mata keluar. Sakit dari mulai bisul, cantengan, jerawat, sampai ayan di update di status. Cuaca juga gak ketinggalan. Dikasih hujan, ngeluh gak bisa kemana-mana. Dikasih panas ngeluh kepanasan. Segala maksiat juga disebarin di muka umum. Masalah duit abis, rezeki seret terus dan terus di suguhkan. Ibadah juga ada beberapa yang dipublikasikan puasa, sedekah, tapi alhamdulillah ane belum menemukan ada orang yang lagi sholat update status ‘lagi roka’at dua nih’ naudzubillah kalo sampai ada!” canda Ilmi.
Ahmad dan Ranid pun tertawa dan mengaminkan ucapan Ilmi. “Terus di ayat setelahnya dikatakan ‘apabila dapat kebaikan maka ia kikir.’ Ane rasa betul ayat tersebut. Coba ente berdua hitung ada beberapa orang yang update status semisal alhamdulillah dapet rezeki, buat yang mau ditraktir harap tunggu di depan masjid. Kira-kira ada gak status kayak gitu. Giliran dapat rezeki yang melimpah pada pelit gak mau orang lain pada tau, tapi giliran ditimpa musibah di share kemana-mana.”
“Ah, lo iri aja kali jangan sok jaim deh?!” Kali ini Ahmad yang bertanya kepada Ilmi. Ilmi pun menjawab “ane rasa jaim itu perlu, dalam konteks JAIM, Jaga-Iman berkaitan dengan hal malu, ane tidak mengharamkan update status, akan tetapi alangkah baiknya update-nya itu yang baik-baik pokoknya temanya mengajak kebaikan dari quran, hadits, sahabat, ataupun salafush sholih. Inget akh dalam hadits riwayat Bukhori dikatakan Jika kamu tidak malu, maka berbuatlah sesukamu. Ulama bilang bahwa jika kita udah gak malu sama Allah dan tidak merasa diawasinya maka tunaikan saja hawa nafsumu dan lakukan apa yang kau inginkan.” Jawab Ilmi.
Ranid tak menyangka sahabatnya Ilmi dapat menarik dan mengaitkan surat Al-Ma’arij ayat 20-22 dengan fenomena Facebookers yang bergentayangan di dunia maya. Alhamdulillah bertambah satu lagi pengetahuan Ranid pada hari itu. Sungguh Ranid sejatinya sudah sering membaca atau bahkan menghafalkan surat ini. Namun dikarenakan kurang men-tadabbur-i ayat ini maka alangkah kagetnya ia mendengarkan penjelasan yang dipaparkan oleh sahabatnya Ilmi.
Diskusi kali ini pun berakhir seiring dikumandangkannya adzan maghrib sebagai pertanda masuknya waktu sholat maghrib.
Sumber Klik di Sini

Menjalani HIDUP PENUH MAKNA BERSAMA ALLAH

Hidup adalah tempat orang berproses dan belajar tanpa henti, baik dari dirinya sendiri, dari alam, lingkungan, maupun dari Al Qur’an dan hadits. Allah menganugerahkan kepada manusia kelebihan berupa akal pikiran dan nafsu. Dari kelebihan itu manusia diuji, apa yang diperbuatnya dengan keduanya. Apakah akal pikirannya dapat mengendalikan hawa nafsunya ataukah sebaliknya.
Allah memberikan sumber penghidupan bagi manusia di bumi ini, syaratnya manusia harus berusaha aktif untuk menemput rizqinya. Terkadang hasil dari usaha kita baik, terkadang buruk. Semua itu hanyalah cobaan dari Allah. Berprasangka baiklah kepada Allah karena segala yang terjadi adalah yang terbaik dan terindah, seburuk apapun kelihatannya. Segala musibah yang menimpa kita adalah karena kesalahan kita sendiri, namun Allah mengabarkan suatu kabar gembira bahwa sesudah kesulitan akan ada kemudahan. Tentunya, jika kita memperbaiki diri.
Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini, semua yang terjadi telah tertulis dalam lauhil mahfudz sejak zaman azali. Allah telah mengatur semuanya dengan serapi-rapinya dan seteliti-telitinya. Kita tidak tahu nasib kita baik ataukah buruk. Namun, jika nasib kita “buruk” masih bias berubah dengan adanya doa. Doa inilah yang nantinya akan selalu bertarung dengan musibah. Untuk membuat doa kita kuat (terkabul) kita harus mengerti bahwa doa itu ditujukan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Menguasai Langit dan Bumi dan Segala Isinya. Kalau kita sudah menyadari hal ini maka kita akan menjaga diri dengan selalu mengikuti aturan-aturan Allah. Misalnya, menerapkan ajaran-ajaran Islam di setiap aspek kehidupan kita. Kita sadar bahwa kehidupan di dunia ini tidaklah kekal, namun kehidupan kita saat ini adalah di dunia. Kita membutuhkan bekal untuk hidup di dunia, terlebih bekal untuk kehidupan akherat yang lebih kekal dan lebih baik. Di dalam segala hal utamakanlah kehidupan akherat kita. Jangan pernah lalai dari mengingat Allah. Jika kita sudah dicintai oleh Allah maka segalanya akan menjadi mudah. Ingatlah, pertolongan Allah sangatlah dekat. 
Sumber : disini

Menggapai Cahaya Ilahi

Siapa yang hanya hendak mengandalkan rasionya dan tidak mengandalkan kalbunya, maka dia telah mereduksi kemanusiaannya. Itu persis seseorang yang ingin menikmati musik dengan matanya atau persis seseorang yang ingin berjalan dengan kepalanya. Dan, cahaya Ilahi itu bisa diperoleh melalui pembersihan hati (kalbu).

Ada perbedaan antara siraman rohani dan uraian ilmiah. Uraian ilmiah itu arahnya ke akal kita serta baru dianggap baik dan sukses kalau ada sesuatu yang baru diterima, berbeda dengan siraman rohani. Siraman rohani itu tertuju ke kalbu kita, yang bisa saja didengar berulang-ulang karena belum mantap di hati sebelumnya, sehingga pengulangan itu akan memantapkan hatinya, apalagi kalau hati itu terbuka.

Itulah salah satu perbedaan antara uraian ilmiah dan uraian yang bersifat siraman rohani, karena memang ilmu itu berbeda dengan iman. Ilmu itu titik tolaknya akal, sedangkan iman itu titik tolaknya kalbu; Iman itu menyesuaikan seseorang dengan jati dirinya, sedangkan ilmu itu menyesuaikan seseorang dengan lingkungannya; Ilmu itu mempercepat seseorang sampai ke tujuan, sedangkan iman itu menentukan arah yang dituju seseorang; Iman itu revolusi internal, sedangkan ilmu itu revolusi eksternal; Iman itu memelihara seseorang dari petaka ukhrawi, sedangkan ilmu itu memelihara seseorang dari petaka duniawi; Iman itu diibaratkan dengan air bah yang suaranya sangat germuruh tetapi selalu menenangkan pemiliknya, sedangkan ilmu itu diibaratkan dengan air telaga yang jernih tetapi tidak jarang mengeruhkan hati pemiliknya.

Dalam tulisan yang singkat ini, saya ingin menguraikan tentang Fathullah. “Fath” itu terambil dari kata fataha yang artinya membuka. Sesuatu yang terbuka tadinya tertutup, tidak dibuka kalau dia sudah terbuka, kecuali kalbu. Bisa saja kalbu itu sudah terbuka tetapi masih harus dibuka lagi, dalam arti dilebarkan dan dilebarkan lagi, hingga makin banyak cahaya Ilahi yang ditampung. Ketika kita berkata fathullah, maka yang membuka itu adalah Allah. Hati ini dalam bahasa al-Quran biasa dilukiskan dengan kata nafs, biasa dilukiskan dengan kata qalbu, dan biasa juga dilukiskan dengan kata fu’ad.

Nafs adalah sisi dalam manusia, sedangkan qalbu mempunyai tiga tempat, yaitu: pertama, mengandung segala sesuatu yang disadari manusia dan dia tidak segan orang lain tahu isinya; kedua, segala sesuatu yang disadari manusia tetapi dia enggan diketahui orang lain. Itulah yang dirahasiakan; dan ketiga, sesuatu yang pernah diketahui oleh manusia tetapi sudah dilupakan, sehingga dia telah berada di bawah sadar manusia. Fu’ad adalah apa yang disadari.

Allah berfirman, “intajhar bil qaul fainnahu ya’lamu as-sirra wa akhfa”. Kalau engkau berucap dengan ucapan yang jelas, maka Allah mengetahui itu dan mengetahui yang rahasia, mengetahui juga yang lebih rahasia dari rahasia (kalbu).

Ada juga yang dinamakan al-futuhat al-Ilahiyah dan al fath ar-rabbani, selain istilah fathulllah. “Fath” bisa digunakan untuk terbukanya kalbu dalam menerima pengetahuan. Pengetahuan terbagi dua, yaitu ada yang diusahakan manusia, yang diisyaratkan dengan ‘allama bil qalam, dan ada yang tidak diusahakan manusia, yang diisyaratkan oleh ‘allama al-insana ma lam ya’lam. Yang terakhir ini puncaknya adalah wahyu dan tingkat yang paling rendah adalah mimpi. Mimpi ada yang merupakan sesuatu yang dipikirkan sebelum tidur dan ada yang merupakan sesuatu yang dialami sewaktu tidur, kemudian melahirkan mimpi, seperti orang yang mimpi tercekik, boleh jadi ada bantal di lehernya. Ada juga mimpi yang bersumber dari Allah Swt, itulah mimpi orang-orang shaleh dan mimpi yang dialami oleh para Nabi, seperti yang dialami Nabi Yusuf As. dan Nabi Ibrahim As. Mimpi ini menjadi salah satu bentuk dari al fath ar-rabbani, terbukanya apa yang tersingkap.

Semua yang bersumber dari Allah Swt. adalah cahaya Ilahi. Cahaya Tuhan itu wahyu Tuhan yang bisa dilukiskan seperti sinar matahari, bukan saat teriknya matahari tetapi saat naiknya matahari sepenggalan. Itulah waktu adh-dhuha. Sinar ini tidak membeda-bedakan objeknya. Siapapun yang bersedia keluar, dia akan mendapatkan sinar itu. Siapapun yang membuka hatinya, niscaya Allah akan mencurahkan cahaya ke dalam hatinya. Tetapi ingat, sinar hanya menembus objek yang transparan. Sinar tidak menembus tembok ini. Tetapi, sinar itu bisa memantul. Bisa saja saya menyampaikan informasi yang tidak mau anda terima, tetapi justru diterima dan dimanfaatkan oleh orang lain. Sinar Ilahi persis seperti itu, tidak membeda-bedakan. Dia akan menjadi al-fath ar-rabbani atau terbukanya hati yang hanya akan dilakukan oleh Allah, apabila hati ini merupakan sebuah tempat yang transparan.

Semua anugerah Allah yang berupa kebajikan itu tidak akan terlaksana kecuali setelah melalui tiga fase, yaitu datang dari Allah Swt, datang dari manusia, dan datang lagi dari Allah. Saya akan berikan contoh, bagaimana al-fath ar-rabbani atau terbukanya hati itu melangkah. Langkah yang pertama adalah memperoleh taubat. Taubat itu adalah stasiun pertama menuju Allah Swt. Taubat tidak bisa terlaksana kecuali kalau Allah terlebih dulu membuka langkah itu. Baca sewaktub Adam As. berdosa, Allah melangkah lebih dulu dengan memberikan kalimat-kalimat kepada Adam As, “fatalaqqa adamu min rabbihi kalimat”. Begitu dia menerima ayat-ayat itu, datang langkah kedua dari Adam dengan membaca doa, “rabbana dzalamna anfusana fain lam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna min al-khasirin”. Setelah itu, baru datang pengabulan taubat Allah sebagai langkah ketiga.

Allah Swt melalui rasulnya sudah melangkah yang pertama bersama rasulnya. Setelah turun ayat-ayat al-Quran ini, terserah kita apa kita sudah siap membuka hati kita. Kalau siap, yakinlah bahwa al-fath ar-rabbani akan datang kepada kita yang telah membuka hatinya. Adapun yang menutup hatinya jangan harap akan memperoleh fathullah itu (al-fath ar-rabbani). Sinar matahari itu bermacam-macam, ada yang dapat kita lihat dengan pandangan mata kita, tetapi ada juga sinar yang tidak terdeteksi oleh mata kita, ada sinar gamma, ada gelombang-gelombang radio, dan ada juga yang dinamakan dengan sinar ultra violet.

Orang-orang yang terbuka hatinya akan menyadari bahwa boleh jadi ada hal-hal dalam kehidupan dunia ini atau dalam firman-firman Allah yang baru masuk ke dalam hati bukan melalui rasio tetapi melalui kalbu. Ini perlu saya tekankan, apalagi para mahasiswa. Ada orang yang berkata, semua harus bersifat rasional. Saya katakan, siapa yang hanya hendak mengandalkan rasionya dan tidak mengandalkan kalbunya, maka dia telah mereduksi kemanusiaannya. Orang yang ingin memahami segala sesuatu dengan rasionya, itu persis seseorang yang ingin menikmati musik dengan matanya atau persis seseorang yang ingin berjalan dengan kepalanya.

Ada hal-hal dalam kehidupan kita ini yang baru dapat dipahami hanya dengan melalui kalbu kita, melalui siraman cahaya Ilahi. Nah, itu diperoleh melalui pembersihan hati ini, bukan diperoleh melalui korekan kuping dan bukan pula diperoleh dengan basuhan mata. Oleh karena itu, hati bisa menjadi wadah dan bisa juga menjadi alat. Ada orang yang hatinya hanya bagaikan kolam diisi dengan pengetahuan dari luar dan ada juga orang yang hatinya seperti sumur.

Di samping sebagai wadah, juga sumur itu adalah sumber datangnya air dari dalam, di mana air yang bersumber dari mata air itu jauh lebih jernih daripada air yang datang dari luar. Dengan demikian, bila ingin mendapatkan fathullah atau al-fath ar-rabbani, jadikanlah kalbu anda sumur. Untuk membuat sumur, gali batu-batunya dan keluarkan tanah-tanahnya sampai anda menemukan mata air. Dalam arti lain, keluarkan kotoran-kotoran yang ada di dalam hati, niscaya akan datang kepada anda al-futuhat al-Ilahiyah sampai datangnya pengetahuan yang tidak anda usahakan tetapi langsung datang dari Allah Swt. Wallahu A’lam bi ash-Shawab

Sabtu, 22 Oktober 2011

PERINTAH BERDOA KEPADA ALLAH

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (Al Mukmin 60)

berdoa1Dalam keadaan sehari hari banyak manusia yang lupa pada kelemahan dirinya, mereka terlalu bangga dengan kemampuan dan kecerdasan dirinya . Mereka merasa bahwa berbagai kenikmatan, kekayaan, pangkat , kemuliaan yang mereka peroleh adalah dari hasil jerih payah, kecerdasan dan kemampuan yang mereka miliki. Berbagai kenikmatan , kesenangan, pangkat dan derajat yang mereka miliki menimbulkan kesombongan dan kepongahan pada diri mereka, sehingga mereka lupa pada Allah yang telah memberikan semua karunia itu padanya.
Manusia baru terkejut dan terperangah ketika diuji oleh Allah dengan berbagai bencana dan musibah. Tatkala kapal yang mereka tumpangi diayun gelombang lautan yang tinggi dan ganas, tatkala pesawat yang mereka tumpangi dihantam badai dan topan, tatkala gedung dan rumah mereka digocang oleh gempa yang dahsyat, tatkala banjir bandang dan longsor datang menerjang. Ketika itu manusia baru menyadari kelemahannya, mereka baru ingat kepada Allah yang selama ini telah mereka lupakan, lenyap sudah kepongahan dan kesombongan diri mereka selama ini …..….mereka berseru, berdo’a pada Allah dengan sepenuh hati , mohon untuk diselamatkan dari bencana dan bahaya yang mengancam mereka itu.
Naudzubillahi mindzalik….mari kita jauhkan sifat dan perilaku seperti yang diceritakan diatas. Jauhkan diri dari sifat sombong, bangga, ta’ajub dengan kemampuan diri, bertawadhulah pada Allah. Ingatlah pada Allah terus menerus dalam shalat maupun diluar shalat, ketika berdiri , duduk dan berbaring. Jangan biarkan waktu berlalu walaupun hanya sebentar , tanpa berdzikir mengingat Allah.

Dalam kehidupan sehari hari banyak waktu kita yang terbuang percuma, ketika sedang duduk mengemudikan kendaraan menuju atau pulang dari kantor, ketika duduk dikendaraan umum dalam suatu perjalanan, ketika sedang berjalan dipasar, Mall atau jalan raya….isilah waktu tersebut dengan berdzikir dan berdo’a pada Allah. Jangan berdzikir atau berdo’a hanya ketika datang bencana atau musibah.
Orang yang ber-iman dan bertakwa pada Allah selalu berdo’a pada-Nya diwaktu aman ,nyaman maupun diwaktu sulit atau ketika datang bencana. Rasulullah telah mengajarkan kita untuk berdoa didalam sholat antara lain ketika duduk ifthiros kita membaca do’a sebagai berikut : Robbighfirli…warhamni…wajburni…warfa’ni….warzukni…wahdini…wa’afini…wa’fu’anni….Ya Allah ampuni aku,Rahmati aku, tutupi semua keburukanku, angkat derajatku, beri aku rezeki, beri aku petunjuk, beri aku kesehatan, dan maafkan aku” .
Itulah do’a sapujagat yang selalu kita baca pada setiap rakaat sholat, kita membacanya minimal 17 kali dalam satuhari satu malam. Sayang kebanyakan umat Islam membaca do’a ini dengan tergesa gesa dan banyak juga diantaranya yang tidak mengerti bacaan do’a tersebut. Jika umat Islam membaca do’a tersebut dengan sungguh sunguh dan Allah pasti mengabulkan do’a yang dibaca dengan sungguh sungguh niscaya umat Islam akan menjadi umat yang berjaya didunia ini.
Rasulullah mengatakan :” Ad Du’a mughul ibadah….do’a itu adalah intinya ibadah”. Berdoalah pada Allah sebelum datang bencana yang tidak terelakan. Masih banyak kesulitan dan kesusahan yang menanti kita dimasa yang akan datang. Berlindunglah pada Allah dari kesukaran kesempitan dan kegelapan hidup, dari kesulitan dan kegelapan dialam barzakh, padang mahsyar, kesulitan dihari berhisab, kesulitan ketika menyeberang jembatan asshiroth, kesulitan dan bahaya ancaman api neraka.
Berdoalah ketika masih sehat, dan dalam kelapangan hidup , jangan tunggu sampai datang kesulitan yang menimbulkan kepanikan. Apalagi berdo’a diakhirat kelak ketika melihat azab dan siksa Allah, tidak ada gunanya berdoa dihari itu. Allah hanya menerima do’a dan taubat ketika masih hidup didunia ini.
Hiasilah kehidupan ini dengan aktifitas dzikir dan do’a yang dikerjakan sepanjang hari ketika berdiri, duduk dan berbaring. Jangan hanya berdzikir dan berdo’a ketika sholat atau sesaat setelah selesai sholat, tapi lakukan itu sepanjang waktu diluar sholat sebagaimana firman Allah dalam surat Jumu’ah ayat 10 :
Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Jumuah 10)
Kita bisa berdzikir dan berdo’a didalam hati tanpa diketahui oleh orang disekitar kita ,ketika berjalan, berdiri , duduk dikendaraan, kantor , tempat umum dan dimanapun kita berada. Isilah waktu kosong dengan berdzikir dan berdo’a pada Allah didalam hati , tanpa diketahui oleh orang yang berada dikiri kanan kita. Itulah yang dianjurkan Allah dalam surat Al A’raf 205 :

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. ( Al A’raaf 205)

Sumber : [disini]

Jumat, 21 Oktober 2011

" Ketika Langit dan Bumi Bertasbih "

Dipenghujung tahun 2004 Gempa dan tsunami melanda Aceh dengan korban harta dan jiwa yang tidak sedikit. Diakhir tahun 2009 Gempa melanda Jawa Barat dan Sumatra Barat juga dengan korban harta dan jiwa yang tidak sedikit. Sekarang diakhir tahun 2010 kembali bencana itu terjadi, gempa dan gelombang tsunami meluluh lantakan pulau Nias, diikuti dengan meletusnya gunung Merapi di Jawa tengah. Bukan tidak mungkin kejadian seperti ini masih akan terus berulang dimasa yang akan datang.
Azhari Akmal Tarigan dalam tulisannya yang kami copy dari “Beritasore.com” menulis pada tahun 2009 tentang bencana gempa yang masih akan terjadi berulang dimasa yang akan datang, sebagai kegiatan tasbihnya bumi mensucikan Allah. Bumi selalu bertasbih mensucikan Allah namun manusia yang berdiam diatas bumi selalu berbuat maksiat dan kufur pada Allah, hal mana menimbulkan kegelisahah dan keresahan bagi bumi yang selalu bertasbih pada Allah.
Ketika bumi menggeliat menyatakan kegelisahannya maka terjadilah berbagai bencana yang menimpa manusia yang berdiam diatas permukaan bumi itu. Mari kita jadikan semua musibah dan bencana ini sebagai bahan renungan dan instropeksi diri. Mari kita perbaiki diri kita masing masing tingkatkan amal ibadah dan kepatuhan pada Allah. Mari kita bertasbih mensucikan Allah sebagaimana langit , bumi dan apa saja yang ada padanya telah bertasbih mensucikanNya sebagaimana disebutkan dalam firmannya dalam surat As Shaaf ayat 1 :

“Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada dilangit dan apa saja yang ada dibumi, dan Dialah yang maha perkasa lagi maha bijaksana” (As Shaaf 1)
Mari kita renungkan berapa menit waktu yang kita sediakan untuk berdzikir dan bertasbih mensucikan Allah diwaktu siang maupun malam, sementara mahluk Allah lainnya para Malaikat, Burung, Gunung, Langit dan Bumi tidak pernah berhenti bertasbih mensucikanNya walaupun hanya sesaat.
Tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegah terjadinya gempa, tsunami . letusan gunung berapi , badai dan topan, ataupun jatuhnya asteroid atau meteor kemuka bumi ini. Hanya Allah yang mampu menentramkan bumi ini dari berbagai bencana, mari kita berlindung dari berbagai bencana yang hadir dimuka bumi dengan memperbanyak istighfar, dzikir dan tasbih memujiNya. Berikut kami sampaikan tulisan dari Azhari akmal Tarigan setahun yang lalu sebagai bahan renungan bagi kita.

Gempa Dan Tasbih Bumi
Oleh Azhari Akmal Tarigan, 2 Okt 2009
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Al-Isra’ : 44)
Gempa berkekuatan 7.6 SR kembali mengguncang bumi Indonesia. Kali ini Sumatera Barat, “mendapat giliran.” Sebelumnya Tasik Malaya dan sekitarnya (Jawa Barat) juga bergoyang digoncang gempa dengan kekuatan 7,3 SR. Tentu gempa di ranah Minang bukan yang terakhir. Setelahnya akan ada gempa-gempa lainnya yang akan menyusul. Entah di mana. Sayangnya, sampai hari ini ilmu pengetahuan belum mampu memprediksi kapan dan di mana terjadinya gempa yang “baru”. Suka atau tidak suka, kita menunggu giliran saja. Kita sepertinya tidak memiliki pilihan lain. Kita terlahir sebagai anak Indonesia yang wilayahnya rawan gempa. Satu sisi kita bersyukur. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Namun pada sisi lain, kita harus bersabar, mana kala gempa memporak-porandakan apa yang kita miliki.
Tanpa bermaksud menafikan apa lagi menolak analisis ilmiah yang mengatakan gempa adalah gejala atau fenomena alam “biasa”. Gempa dapat terjadi kapan dan di mana saja. Terlebih-terlebih Indonesia yang disebut-sebut sebagai tempat pertemuan empat lempeng dunia. Namun tetap saja, kita memerlukan cara pandang baru. Analisis yang mencerahkan dan lebih menenteramkan.
TERKENDALA ABUVULKANIK TEBALDi samping analisis ilmiah yang tetap diperlukan, sejatinya kita juga harus melihat gempa dari sudut pandang yang berbeda. Kita memerlukan pendekatan teologis-spiritualistik. Pendekatan ini menurut saya akan membuat kita lebih siap secara spiritual dalam menerima akibat gempa.  Saya tidak mengatakan, gempa adalah takdir Allah yang harus diterima. Jauh lebih penting adalah bagaimana kita bersikpa terhadap alam. Gempa membuat kita tersadar bahwasanya, selain manusia, langit dan bumi beserta apa yang ada di dalamnya juga makhluk Allah yang memiliki hukum dan kehidupannya sendiri. Manusia bukanlah makhluk tunggal di muka bumi ini. Manusia bersama “jenis makhluk dan benda lainnya” juga memiliki hak yang sama untuk dapat hidup dan tentu saja mengikuti sunnatullah yang telah ditetapkan Allah SWT. Kendatipun alam dengan segala isinya sangat mungkin ditundukkan (taskhir) oleh manusia –tentu saja dengan ilmu pengetahuan- namun tidak berarti alam harus tunduk kepada manusia. Alam tetap tunduk dan pasrah (islam) kepada Allah. Apa bila alam dapat ditundukkan manusia itu adalah dalam rangka memudahkan kehidupan dan “mensubsidi” kebutuhan manusia.
Alam dengan isinya sesungguhnya memiliki kehidupannya sendiri. Harus disadari, kita dan alam memiliki hak yang sama untuk mengabdi kepada Allah, tentu saja dengan caranya masing-masing. Sejatinya, sesama makhluk Allah, kita harus dapat mengharmonisasikan kehidupan kita dengan kehidupan alam. Apabila kita tidak memiliki kemampuan dalam mengharmonisasikan kehidupan kita dengan alam, yang terjadi adalah disharmonisasi, ketegangan, benturan dan saling menghancurkan.
tsunami-aceh-1Dalam konteks artikel ini, salah satu yang perlu kita perhatikan adalah apa yang disebut Al-Qur’an dengan “tasbih bumi”. Ayat yang dikutip diawal tulisan ini cukup untuk menjadi dalil bahwa bumi (juga makhluk Allah lainnya) bertasbih kepada Allah. mereka menjauhkan Allah dari sifat-sifat yang tak pantas dipikulnya. Mereka sucikan Allah dengan cara yang sama sekali tidak diketahui manusia.
Dari sudut bahasa, tasbih berasal dari kata sabbaha-yusabbihu-tasbihan. Di dalam kamus, arti dasar dari tasbih (al-sabh) adalah menjauh dari tempat asal. Al-sabh atau as-sibahah juga diterjemahkan dengan berenang. Ada juga yang langsung menterjemahkan tasbih dengan mensucikan Allah. Al-Sabh bisa juga berarti kosong, hampa. Agaknya kata tasbih memiliki kedekatan arti dengan tanzih dan taqdis (quddus).
Dari arti inilah tasbih diartikan sebagai upaya menjauhkan Allah dari sifat-sifat yang tidak pantas baginya. Orang yang bertasbih adalah orang yang mensucikan Allah dari segala macam sifat dan perbuatan yang tidak layak dilekatkan kepada Allah. Kata subhana Allah yang sering kita lafalkan setiap kali selesai shalat berarti maha suci Allah.
Seorang ilmuwan muslim yang bernama Zaghlul An-Najjar menulis buku yang  berjudul, Shuarun min Tasbih al-Kainaat Lillah. Buku ini terbit di Mesir pada tahun 2003. Pada tahun 2008, penerbit Al-Kautsar menterjemahkan buku tersebut dengan judul, Ketika Alam Bertasbih.
Adalah menarik ketika An-Najjar mengatakan, “Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap langit dan bumi di dunia dapat merasa, berbicara, menangis dan merasa sakit dan pedih. Ketika hari kiamat terjadi, masing-masing akan membeberkan dan menceritakan semua itu. Tentang masalah ini, Allah SWt berfirman sebagai komentar terhadap perbuatan maksiat yang dilakukan oleh Fir’aun dan kaumnya, “maka langit dan bumi tidak akan menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh. (Zaghlul An-Najjar: hal. 129).
Ada riwayat dari Nabi yang menjelaskan makna surah Al-Zalzalah ayat 3 yang mengatakan, Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Lalu beliau bertanya, tahukah kalian apa beritanya ? “ mereka menjawab, “Allah dan Rasulnya yang lebih tahu.” Beliau berkata, “Sesungguhnya beritanya bahwa ia (bumi) bersaksi atas setiap hamba atau umat yang berada di atasnya. Ia berkata, Ia melakukan ini pada hari ini, begini dan begitu…seterusnya. Inilah beritanya, (HR. At-Tirmizi hadis 2429 dan 353).
Adalah keliru jika kita menganggap bumi sebagai benda mati yang sama sekali tidak memberi respon dan reaksi terhadap apa yang dilakukan manusia di muka bumi ini. Jelas bahwa bumi tempat kita berpijak selalu bertasbih dan bertahmid kepada Allah.
Bumi selalu mensucikan Allah dan memujinya dengan cara yang tidak pernah kita ketahui. Bisa dibayangkan jika manusia yang hidup di atas muka bumi ini tidak bertasbih kepada Allah. Betapa tersiksanya bumi menampung manusia-manusia kufur yang melupakan Allah.
Jangan-jangan bumi merasa berat dan menanggung beban yang tak tertahankan karena diinjak manusia-manusia kotor. Jangan-jangan, gempa adalah reaksi bumi. Bumi marah kepada manusia yang tidak pernah tersadar, kufur dan ingkar kepada Allah SWT.
Adalah menarik jika kita merenungkan firman Allah pada surah Al-Zilzalah ayat 1-3 sebagai berikut,
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat).(1).  dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. (2). Dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”, (3).
Ayat ini dipahami ulama tafsir sebagai informasi tentang dahsyatnya kiamat. Saya berpikir, jika ayat ini sekedar berita tentang kiamat, lalu apa manfaatnya buat kita di dunia ini. Bukankah banyak ayat lain yang berbicara tentang kiamat. Adalah lebih penting bagi saya untuk mengkontekstualisasikan ayat ini dengan kondisi kekinian kita.
tsunami-4Ada yang menarik di dalam Tafsir Depag yang terbaru. Ketika menafsirkan ayat ini dijelaskan bahwa letusan gunung Krakatau pada tahun 1883, gempa dan tsunami di Aceh 2004, Lumpur panas di Sidoarjo untuk sekedar menyebut contoh- adalah penjelasan bagaimana bumi digoncangkan. Lalu bayangkan pula bagaimana ketika kiamat terjadi, tentu lah lebih dahsyat lagi.
Pertanyaannya adalah, apa yang menyebabkan bumi bergoncang ? Jawabnya, karena bumi saat ini merasakan beban yang terlalu berat seakan ia tak lagi mampu memikulnya.
Bumi tak kuasa menampung beban berupa dosa-dosa manusia yang tak pernah sadar melakukan maksiat di atas bumi yang selalu bertasbih kepada Allah. Bagaimana mungkin kita mempertontonkan kemaksiatan dan kejahatan kita di atas bumi yang selalu bertasbih kepada Allah.
bagaimana mungkin kita tidak merasa bersalah ketika melakukan kemaksiatan di bawah naungan langit yang juga tidak pernah absent bertasbih kepada Allah ?
Sejatinya manusia harus mengharmonisasikan kehidupannya dengan bumi. Jika manusia bertasbih, menundukkan dirinya kepada Allah, dan semesta juga bertasbih, bisa dibayangkan kehidupan kita di alam ini. Semuanya berjalan damai, aman dan sejahtera. Bukanlah Allah pernah berfirman, “Allah tidak akan menghancurkan suatu negeri dengan kezaliman, padahal penduduknya (ahluha) orang-orang saleh. (Periksa Surah Hud).
Tidak cukupkah peringatan yang diberikan Allah kepada kita ? Kapankah kita akan sadar bahwa hidup kita saat ini telah keluar dari sunnatullah?  Hidup kita tidak lagi harmonis denga kehidupan semesta.! Jika kita tak juga sadar, bersiaplah menunggu giliran ? Wallahu a’lam.***** ( Azhari Akmal Tarigan : Koordinator Tim Penulis Tafsir Al-Qur’an Karya Ulama Tiga Serangkai - Terbit Di Harian Waspada tgl 02/10/2009 ).**** (Sumber Beritasore.com) . 

Sumber : disini