Selamat Datang

"Dunia adalah ladang untuk kampung akhirat"

Himbauan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Tulisan dalam blog ini boleh dicopy-kan dan disebarkan, karena tulisan ini sebenarnya juga diambil dari banyak sumber yang terdapat di dunia Maya dan beberapa tulisan penulis sendiri. selama niatnya untuk mengajak kepada yang ma'ruf dan menolak segala kejahatan maka selama itu pula pahala bagi orang-orang yang menyebarkannya.

"Fastabiqul Khairat"

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
(al-Imran 3:104)

Jumat, 24 Juni 2011

MENGETIK PASSWORD

Seluruh surah yang terkandung dalam Al Quran pasti diawali dengan bacaan basmalah. Bismillahirrahmanirrahiim adalah awal dari surah Al Fatihah yang juga disebut al-sab'ah Al Matsaani atau tujuh ayat yang dibaca berulang - ulang. Surat itu juga disebut ummul Quran, ibu atau induknya Quran, yang menaungi segala firman Allah. Kenapa sih setiap orang yang akan mengawali membaca surat atau ayat Quran kok harus mengucap basmalah yang berarti "dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang" ? Kenapa kok tidak menyebut asma Allah dengan sifat yang lainnya misalnya dengan nama Allah yang Maha Menghukum (Al Hakim ) dan Maha Cerdas ( Al Alim ) ?

Seperti yang disebutkan dalam hadits Qudsi ternyata sifat rahman rahim itu larinya lebih cepat daripada sifat menyiksaNya. Sifat itu mampu melebur siksa yang tengah dipersiapkan. Sifat itu bahkan melebihi sifat welas asih seorang ibu yang tetap mau menyusui sang anak walaupun si anak durhaka bin bajingan. Inilah mengapa disebut ummul Quran bukan abul Quran karena realitasnya keperkasaan sang bapak masih tak mampu menandingi keluasan kasih ibu. Bayangkan bila disebut bapaknya Quran pasti bacaan basmalah mensifati kegagahan dan kepandaian tanpa ada rasa sayang yang mendahului dan membasahi jiwa. Beragama pun jadi garing sekali.

Lha wong disuruh mengucap basmalah saja dalam mengamalkan Quran kadang kita masih lebih suka mengandalkan kegagahan dan kepandaian daripada sifat welas asih. Mulut membaca basmalah tapi prakteknya selalu ingin mengandalkan kepandaian, kegagahan, kewibawaan bahkan menjurus menghancurkan baik fisik, intelektual atau pun spiritual seseorang yang tak seide. Mungkin ini sebabnya disebut Al Sab'ah Al Matsani agar setiap muslim selalu membaca berulang -ulang sampai tertancap di dada merasuk menjadi aliran darah dan desah nafas keseharian. Sebab tanpa peneguhan yang berulang - ulang, sifat kasih sayang itu perlahan -lahan akan lenyap ditelan bumi. Kemudian tiba - tiba kita menjadi asing dengan sifat itu.

Jujur saja ketika agama tertentu mengangkat jargon "kasih" apa yang kita fikir dan rasakan? Kalau ada orang bilang ajaran kasih, secepat kilat kita memvonis itu ajaran nasrani atau budhism. Padahal kalau orang nasrani di Timur Tengah menyebut ajaran kasih pasti dengan ucapan dienul rahman sebab di sana nggak ada bahasa Indonesia. Jadi ajaran kasih itu ya ajaran rahman. Sama juga seperti ketika orang nasrani di Arab mengucapkan "Puji Tuhan" sama seperti mengucapkan "Alhamdulillah" sebab mereka nggak bisa bahasa Indonesia. Masalahnya kan cuma sadar apa nggak atas ucapan itu, kemudian yang dikatakan sadar itu arah kesadarannya tertuju kemana ? Ke realitas Tuhan yang tak terbatas, ke patung atau alam fikiran yang masih terkungkung ruang waktu ?

Bila kita terus bertahan dengan suatu yang sifatnya verbal ya jangan salahkan orang lain kalau suatu saat kita terkecoh bila ada orang fasih berbahasa Arab dan bergamis-surban eehh...ternyata Kristen Ortodoks Syiria dan atribut itu ternyata adalah akar budaya asli yang tidak dibuat -buat untuk sebuah kepentingan kristenisasi atau apalah namanya. Apakah ada hak kita untuk marah sebab Abu Jahal dan Abu Lahab juga fasih bahasa Arab dan bergamis surban ( emangnya Pak Abu Lahab dan Bung Abu Jahal itu pakai celana jeans dan dasi ya..? ).

Dienul Islam bukan hanya sekedar dibedakan dari kostum, tata bahasa dan dialeknya. Ayat yang terkandung dalam Al Quran adalah kalam yang memang diturunkan dalam bentuk bahasa atau tulisan dengan wujud materi agar manusia memahami. Tetapi bukan terhenti pada bahasa atau tulisan itu sendiri sebab kalam lebih dari itu. Contoh mudahnya, dengan bahasa apakah Allah mengambil kesaksian diri kita waktu masih di perut ibu ? ( Qs Al A'raf 172 ). Sebab dalam kandungan kita belum mengenal bahasa apapun.

Kalau toh keyakinan lain mempunyai ajaran kasih, biarkan saja....kita ini malah lengkap nggak sebatas kasih namun kasih bin sayang. Kasih itu masih bersifat memberi entah itu mengasih materi, memberi perlindungan, meridhoi atau mengikhlaskan sesuatu perbuatan. Sayang itu lebih bersifat memiliki dan mendekap. Siapa sih tidak bangga dimiliki orang lain. Kita akan senang ketika dimiliki oleh sebagian yang lain. Saya atau anda pasti senang bila ada yang memperhatikan dan merasa memiliki kita entah itu tetangga, saudara, sahabat, keluarga atau mantan pacar. Pendakwah pun lebih bersuka cita dan khotbahnya akan semakin berkobar -kobar karena ia merasa dimiliki oleh jutaan pengikut.
Bagaimana perasaan anda dan saya jika ternyata di balik semua itu masih jauh ada yang lebih duahsyaaat dan buessaarr... kita dimiliki Allah ! Kita didekapNya ! Suueennaang pol, lumayan senang, agak senang, biasa saja, atau tak terasa ? Ahh itu tergantung kemelekatan hidup ini pada Allah... silahkan jujur pada diri sendiri... Ataukah mungkin Allah saja masih kurang sehingga kita masih ngebut mencari kebahagiaan dengan ingin dimiliki ( ternyata bukan memiliki ) harta, gelar kekuasaan, cap intelektual, atau sanjungan umat. Bila itu jadi tujuan utama maka saksikan bahwa perasaan bahagia dari Allah itu perlahan akan lenyap tanpa bisa ditawar walaupun kita sedang mengalami kepuasan karena mendapat berbagai sanjungan manusia. Pertama kelenyapan itu hanya perdetik, kemudian permenit, perjam, berhari -hari, tak terasa akhirnya bertahun - tahun.

Hiruplah nafas dalam -dalam disertai membaca basmalah dengan ikhlas lalu buang semua angan kenikmatan selain Allah bersama hembusan kotoran karbon yang keluar dari mulut...teguhkan hasbunallah....

Basmalah yang telah menyublim dalam diri akan menjadi kunci pembuka jutaan makna yang terkandung di setiap huruf dan ayat Al Quran. Rahman rahim adalah ayat cinta dan ketundukan yang tak dapat dipisah. Hanya dengan cinta kita bisa membangunkan mereka yang tertidur dari mengenal Allah. Dengan ketundukan pula kita bisa menghargai perbedaan karena kita sadar yang berbeda itu sekedar pernik dunianya saja tetapi mahluk yang berbeda itu tetap milik Allah, ciptaan Allah. Please deh... jangan main -main dengan Ciptaan Allah...Teladanilah sifat Rasul ketika pamannya sendiri tidak mau bersyahadat....

Pengkhusyukan terhadap basmalah akan membuat dada seseorang dialiri berbagai pengetahuan langit dan bumi tanpa bersusah payah mencarinya. Persis seperti Cinderela yang mencintai sang pangeran. Ia hanya bermodal cinta dan merasa ingin dimiliki. apa yang terjadi ketika sang pangeran menyambut cintanya ? akses kerajaan, kekuasaan, para mentri dan pengawalnya pun rela di persembahkan untuk sang putri tercinta. Cinderela pun mendapatkan segalanya tanpa susah payah. Tinggal bilang, semua datang. Ahh itu kan hanya dongeng ! otak kita memprotes...tapi cobalah cobalah dan cobalah. Tinggalkan dulu otak kita yang protes ini barang dua tiga hari kemudian gantilah dengan rasa mencinta dan ingin dimiliki. Dijamin manjur bergaransi !

Apakah saya yang menjamin kok berani -beraninya pakai garansi segala ? Tidak! Allah sendiri yang telah menjamin seperti yang tertulis dalam Al Quran. Terlalu banyak untuk dituliskan ayat - ayat itu dalam tulisan ini karena sebenarnya setiap huruf, kata dan ayat Al Quran adalah mukjizat luar biasa di manapun kita mulai membukanya.

Tapi memang, membaca basmalah itu gampang - gampang susah persis seperti mengetik sebuah password ketika akan mengakses sebuah rahasia program. Salah sedikit saja pasti gagal. Saya sendiri sering gagal karena rata - rata keliru dalam kombinasi penggunaan huruf kecil dan huruf besar. Paling sering terjadi ketika menulis kata Otak huruf depannya keliru huruf besar sedangkan kata tuhan huruf depannya keliru huruf kecil....akhirnya yang keluar dari dada dan otak saya malah program mrengut dan methentheng....sholat itu pun akhirnya gagal maning....gagal maning.....dan nggak tahu kenapa setelah itu biasanya berkesinambungan mencari pembenaran dari luar diri, bantai sana bantai sini...biasalah...cari pelampiasan kegagalan diri...... kata pak Ustadz " Itu riya' ..!." Saya pun hanya bisa tersipu malu ..!!

wassalam, semoga bermanfaat

Sumber : {disini}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar