Selamat Datang

"Dunia adalah ladang untuk kampung akhirat"

Himbauan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Tulisan dalam blog ini boleh dicopy-kan dan disebarkan, karena tulisan ini sebenarnya juga diambil dari banyak sumber yang terdapat di dunia Maya dan beberapa tulisan penulis sendiri. selama niatnya untuk mengajak kepada yang ma'ruf dan menolak segala kejahatan maka selama itu pula pahala bagi orang-orang yang menyebarkannya.

"Fastabiqul Khairat"

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
(al-Imran 3:104)

Jumat, 21 Oktober 2011

" Tawakal Lalu Ikhtiar "

Dalam upaya meningkatkan mutu ilmiah dan amaliah pengabdian kepada Alloh SWT, perlu dikaji dan direnung ulang, sekaligus evaluasi diri tentang tawakkal kita kepada Alloh SWT, yang sering kali kita ucapkan dengan “pasrah bongkokan”. Tawakkal merupakan amaliah fundamental qolbiyah yang berhubungan dengan keimanan, berpaut erat dengan pilar/rukun iman yang keenam, yaitu iman kepada qadar khoirihi wa syarrihi minalloh. Diharapkan agar kita dapat melaksanakan tawakkal dengan baik dan benar berdasarkan ajaran TQN…
Tawakkal adalah kata jadian dari kata wakalah yang berarti at-tafwidh (penyerahan) dan al-i‘timad (penyandaran). Orang yang menyerahkan dan menyandarkan urusannya disebut mutawakkil ‘alaih. Sedangkan orang yang diserahi disebut wakil. Penyerahan dan penyandaran (tawakkal) dilakukan karena yakin dan percaya bahwa yang diserahi urusan (wakil) mempunyai kemampuan dan keahlian untuk menanganinya, sehingga sikap orang yang menyerahkan urusannya kepada wakil merasa tenang, tenteram, tidak khawatir, tidak repot, karena Alloh adalah al-Wakil. Hasbunalloh wa ni‘mal wakil ni‘mal maula wa ni‘man nashir.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tawakkal adalah pasrah dan menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada al-Wakil Yang Maha Mewakili, Yang Maha Hak, Alloh. Tokoh sufi Dzun Nun aI-Mishri ra menyatakan, tawakkal adalah tidak turut serta mengatur diri dan melepas daya kekuatan karena telah meyakini bahwa tiada daya dan kekuatan (yang dimiliki manusia) selain semata-mata dari Alloh. Alloh SWT berfirman:
“Dan hanya kepada Alloh saja orang yang bertawakkal itu berserah diri.” (Q.S. Ibrahim: 12)
“Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Maidah:23)
Dan masih banyak lagi dalam surat-surat lainnya. Rasululloh Saw bersabda: “Andaikan kamu bertawakkal kepada Alloh dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia (Alloh) akan memberimu rizki sebagaimana Dia (Alloh) memberi rizki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.”
Dalam sabdanya yang lain: “Barang siapa memusatkan perhatian-nya kepada Alloh, niscaya Alloh men-cukupinya dari setiap keperluan dan memberinya rizki dari jalan yang tidak disangkanya. Dan barangsiapa yang memusatkan perhatiannya kepada urusan dunia, niscaya Alloh me-nyerahkannya kepada dunia.”
Di antara doa Nabi SAW:
“Ya Alloh, sungguh aku memohon taufikMu untuk mencintaiMu melalui amal-amal dan untuk ber-tawakkal kepadaMu dengan benar dan untuk berbaik sangka kepadaMu.”
Hakikat Tawakkal
Hakikat tawakkal adalah suatu kondisi batin yang tauhid, hati seseorang yang ditajalli dan mendapat pancaran sifat wahdaniyat Alloh sehingga hatinya sadar menerima dan membenarkan. Kondisi makrifat ini nampak pengaruhnya dalam amal.
Makrifat adalah dasar tawakkal, yakni tauhid. Orang yang bertawakkal kepada Alloh adalah orang yang tidak melihat selain Alloh. Kesempurnaan makrifat ini diterjemahkan dalam pernyataan:
“Tiada Tuhan selain Alloh, tiada sekutu bagi-Nya. Dia memiliki segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Sedangkan manfaat tawakkal, antara lain sebagai berikut:
1. Iman semakin mantap, hati tenang, jiwa tentram, berpikiran jernih, pandangan jauh dan dalam bertindak terarah dan terbimbing.
2. Mendapat jaminan kecukupan rizki dari Alloh.
3. Ridho terhadap ketetapan (qadar) Alloh, meningkat dan jauh dari tamak dan hasud.
Derajat Tawakkal
Ditinjau dari segi kekuatan dan kelemahan, kadar tawakkal ada tiga tingkatan:
Tingkatan pertama, keadaannya yakin terhadap penyerahannya kepada Alloh dan pertolongan-Nya. Seperti keadaannya yang yakin terhadap orang yang ditunjuk sebagai wakilnya. Untuk memilih wakil harus selektif melalui proses proses pemikiran dan pertimbangan.
Tingkatan kedua, (tingkatan ini lebih kuat lagi), yaitu keadaannya bersama Alloh seperti keadaan anak kecil bersama ibunya. Anak itu tidak melihat orang lain selain ibunya dan tidak mau berpisah dan senantiasa bergelayut memegangi tangan ibunya. Tidak mau bersandar kecuali kepada ibunya sendiri. Jika ia menghadapi suatu masalah, maka pertama kali yang terlintas dalam hatinya adalah ‘ibu’. Siapa yang pasrah kepada Alloh, bersandar kepada-Nya, maka keadaan-nya seperti keadaan anak kecil dengan ibunya. Kepasrahan anak kecil kepada ibunya tidak berdasarkan pemikiran dan pertimbangan, hanya kepercayaan yang penuh dan bulat.
Tingkatan ketiga, (tingkatan paling tinggi) keadaannya di hadapan Alloh seperti mayit di tangan orang yang memandikannya. Dia tidak berpisah dengan Alloh melainkan dia melihat dirinya seperti orang mati.
Orang ini terhadap Alloh tidak mempunyai ikhtiar, karena ia tahu bahwa Alloh yang memberlakukan taqdir hingga ia hanya bisa menunggu apa yang terjadi padanya.
Amal (Tindakan Orang-orang
yang Tawakkal)
Sebagian manusia ada yang beranggapan bahwa makna tawakkal adalah tidak perlu berusaha, bekerja atau bertaubat hanya menyerah. Anggapan ini keliru, karena sikap itu adalah bodoh dan haram menurut syara’. Syari’at memuji orang-orang yang bertawakkal dan menganjurkan melakukannya. Pengaruh tawakkal akan tampak dalam gerakan hamba dan usahanya untuk menggapai tujuan. Usaha hamba untuk meng-gapai tujuan, antara lain untuk men-datangkan manfaat yang belum ada, memelihara yang ada, mencegah bahaya agar tidak terjadi atau menghilangkan marabahaya.
Bagi orang-orang yang semata-mata menempuh jalan akhirat, ia bertawakkal kepada Tuhan dalam masalah rizki, tidak membebani diri dengan mencarinya jika tidak mem-punyai tanggungan anak dan isteri. la percaya pada janji Alloh dan ber-pegang teguh pada kesempurnaan, kemurahan dan rahmat-Nya. Karena Alloh sesungguhnya telah menjamin dan mewajibkan atas Dzat-Nya dalam masalah rizki makhluk-Nya, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh lah yang memberikan rizkinya.” (QS. Hud: 6)
Tawakkal juga tidak berkurang karena mengenakan baju besi saat pertempuran, menutup pintu pada malam hari dan berobat bila sakit. Tangan tidak mengambil makanan padahal lapar, ingin punya anak tidak kawin dan menggauli isterinya atau ingin memetik tanpa lebih dahulu menanam, adalah tindakan bodoh, karena sebab-akibat merupakan sunnatulloh yang tidak berubah.
Dapat disimpulkan, bahwa Tawakkal adalah sikap batin amalan qalbiyah yang diperintahkan oleh Alloh atas hamba-hamba-Nya.
Tujuan tawakkal adalah supaya hamba senantiasa dekat kepada Alloh dan taat kepada-Nya. Dalam rangka menuju makrifat dan wushul ilalloh supaya berusaha meningkatkan mutu dan peringkat tawakkal, menjalankan amaliah dengan sungguh-sungguh.
Hubungan tawakkal dan bekerja (berusaha) adalah; bekerja tidak mutlak berarti tidak tawakkal. Sebaliknya, tidak bekerja belum tentu ia bertawakkal. Bisa jadi ia tidak bekerja juga tidak tawakkal. Bertawakkal adalah kewajiban hamba, hak Alloh menjamin kecukupan rizki. Melaksanakan kewajiban tanpa menoleh hak adalah dianjurkan.
Dalam berusaha dan bekerja supaya dilakukan dengan baik dan benar. Yaitu jangan mengandalkan usaha dan kerjanya, hanya meng-andalkan Alloh SWT. Juga menyadari bahwa kemauan-kemauan dalam usaha dan bekerja adalah semata-mata atas ciptaan, pemberian dan pertolongan Alloh, kita tidak mempunyai kemampuan apa-apa.

Sumber : [disini]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar