Apa yang kulihat dari mereka adalah sebuah keikhlasan, ketulusan,
kebahagiaan, dan syukur tanpa syarat menjalani hidup karena-Nya. Awalnya
apa yang kulihat seperti biasa-biasa saja, perlahan semakin aku coba
memahami sebenarnya pesan apa yang sedang Tuhan sampaikan kepadaku.
Pertemuan yang beberapa kali, akhirnya Dia membukakan hatiku untuk
membaca, hembusan syukur yang kali ini harus semakin aku panjatkan
kepada-Nya. Pertemuan dengan mereka sungguh bukan sesuatu yang
kebetulan, tapi inilah skenario indahku dari-Nya.
Bertemu dengan mereka adalah sesuatu yang sangat indah bagiku. Meski
terik memancar, medan yang tak bersahabat, hujan yang terus mengguyur,
dan memikul beban yang berat kaki mereka terus melangkah.
Padahal belum tentu seberapa hitungan uang yang akan mereka dapatkan,
tetapi wajah polos seakan menggambarkan kesabaran mereka. Makan siang
hari, bisa jadi ketika sore atau malam mereka kembali kelaparan.
Bukan mereka yang memilih, tapi takdir Tuhan berkata lain. Hidup
adalah sebuah perjuangan menuju hasil, biarlah orang lain berkata apa
karena sesuap nasi lebih berarti bagi mereka, malam pun entah nyaman
atau tidak bagi istirahat mereka.
Meski tak mengenal bangku sekolah, namun mereka tampak ikhlas
mempelajari kalam Ilahi lewat alam, meski hari tidak selalu menentu dan
tidak bersahabat dengannya, namun langkah kaki kecilnya akan terus
bersa’i.
Keikhlasan yang membentang dalam hatinya seakan membuat semuanya
baik-baik saja, sesekali senyumannya menandakan syukur mereka bahwa
hidup adalah suatu anugerah. Seandainya saja aku mampu, merangkul mereka
adalah sebuah kebahagiaan terbesarku.
Bagaimana tidak, ternyata bukan hanya satu atau dua yang pernah
bertemu denganku. Tapi entahlah, semuanya seakan-akan menjadi sebuah
pesan dari-Nya untukku. “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.” (Q.S. Al-Baqarah 2:152).
Seandainya aku berada dalam posisi mereka, masih sanggupkah aku
menjalani hidup? Saat matahari mulai terbit, berangkat sekolah diganti
dengan melangkah menyusuri setiap jalan, satu persatu dipunguti dan
dikumpulkan dalam sebuah karung. Diganti dengan dua buah beban yang
berat di pundak. Ditemani ibu atau ayah mencari sesuap nasi dengan
harapan dapat membuat mereka selalu semangat di perjalanan.
Melihat mereka, hatiku seperti teriris-iris. Bagaimana aku tidak
menitikan air mata melihat mereka, karena aku belum bisa memberikan
apapun.
”Apa yang kakak lihat memang tidak kakak rasakan, tapi kakak sayang
kalian. Baik-baik ya malaikat-malaikat kecilku, tetaplah teguh pada
perjalanan hidupmu. Biarlah tidak hebat di mata manusia, tapi kakak
doakan kalian agar menjadi orang-orang hebat di mata Allah. Dan kalian
adalah orang-orang hebat di mata kakak, karena kalian membuat kakak
semakin belajar mensyukuri sesuatu. Tetap semangat jalani hidupmu,
karena darimu kakak belajar menghargai hidup, belajar menghargai orang
tua, juga belajar menghargai semua orang.”
Aku menjadi mengerti, bahwa tanpa mereka kehidupanku tidak akan
menjadi sesuatu yang indah. Karena dari merekalah aku semakin sering
belajar mensyukuri hidup. “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air,
agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS.
Huud 11:7).
Jadi, bukan dari harta yang dimiliki Allah menilai kita, tapi dari
amal perbuatan kita selama berada di dunia. Bagaimana cara kita menjaga
semua titipan dari-Nya. Semakin terdorong bahwa ini adalah tugasku
merubah kehidupan malaikat-malaikat itu menjadi lebih baik. Maka bukan
hanya diam, tapi berusaha. Aku yang melihat, tugasku adalah berdoa dan
menjadi seseorang yang termasuk kedalam orang yang mampu merubah
kehidupan mereka menjadi lebih baik.
Selamat Datang
"Dunia adalah ladang untuk kampung akhirat"
Himbauan
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Tulisan dalam blog ini boleh dicopy-kan dan disebarkan, karena tulisan ini sebenarnya juga diambil dari banyak sumber yang terdapat di dunia Maya dan beberapa tulisan penulis sendiri. selama niatnya untuk mengajak kepada yang ma'ruf dan menolak segala kejahatan maka selama itu pula pahala bagi orang-orang yang menyebarkannya.
"Fastabiqul Khairat"
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tulisan dalam blog ini boleh dicopy-kan dan disebarkan, karena tulisan ini sebenarnya juga diambil dari banyak sumber yang terdapat di dunia Maya dan beberapa tulisan penulis sendiri. selama niatnya untuk mengajak kepada yang ma'ruf dan menolak segala kejahatan maka selama itu pula pahala bagi orang-orang yang menyebarkannya.
"Fastabiqul Khairat"
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
(al-Imran 3:104)
(al-Imran 3:104)
Jumat, 04 Mei 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar