Selamat Datang

"Dunia adalah ladang untuk kampung akhirat"

Himbauan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Tulisan dalam blog ini boleh dicopy-kan dan disebarkan, karena tulisan ini sebenarnya juga diambil dari banyak sumber yang terdapat di dunia Maya dan beberapa tulisan penulis sendiri. selama niatnya untuk mengajak kepada yang ma'ruf dan menolak segala kejahatan maka selama itu pula pahala bagi orang-orang yang menyebarkannya.

"Fastabiqul Khairat"

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
(al-Imran 3:104)

Kamis, 05 Mei 2011

Tujuh Langit, Tujuh Malaikat Penjaga, dan Tujuh Amal Sang Hamba

Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu.
 
Dari Ibnu Mubarak dan Khalid bin Ma'dan, mereka berkata kepada Mu'adz bin Jabal, "Mohon ceritakan kepada kami sebuah hadits yang telah Rasulullah ajarkan kepadamu, yang telah dihafal olehmu dan selalu diingat-ingatnya karena sangat kerasnya hadits tersebut dan sangat halus serta dalamnya makna ungkapannya. Hadits manakah yang engkau anggap sebagai hadits terpenting?"
 
Mu'adz menjawab, "Baiklah, akan aku ceritakan..." Tiba-tiba Mu'adz menangis tersedu-sedu. Lama sekali tangisannya itu, hingga beberapa saat kemudian baru terdiam. Beliau kemudian berkata, "Emh, sungguh aku rindu sekali kepada Rasulullah. Ingin sekali aku bersua kembali dengan beliau...". Kemudian Mu'adz melanjutkan:
 
Suatu hari ketika aku menghadap Rasulullah Saw. yang suci, saat itu beliau tengah menunggangi untanya. Nabi kemudian menyuruhku untuk turut naik bersama beliau di belakangnya. Aku pun menaiki unta tersebut di belakang beliau. Kemudian aku melihat Rasulullah menengadah ke langit dan bersabda, "Segala kesyukuran hanyalah diperuntukkan bagi Allah yang telah menetapkan kepada setiap ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Wahai Mu'adz....!
 
Labbaik, wahai penghulu para rasul....!
 
Akan aku ceritakan kepadamu sebuah kisah, yang apabila engkau menjaganya baik-baik, maka hal itu akan memberikan manfaat bagimu. Namun sebaliknya, apabila engkau mengabaikannya, maka terputuslah hujjahmu di sisi Allah Azza wa Jalla....!
 
Wahai Mu'adz...
Sesungguhnya Allah Yang Maha Memberkati dan Mahatinggi telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan petala langit dan bumi. Pada setiap langit terdapat satu malaikat penjaga pintunya, dan menjadikan penjaga dari tiap pintu tersebut satu malaikat yang kadarnya disesuaikan dengan keagungan dari tiap tingkatan langitnya.
 
Suatu hari naiklah malaikat Hafadzah dengan amalan seorang hamba yang amalan tersebut memancarkan cahaya dan bersinar bagaikan matahari. Hingga sampailah amalan tersebut ke langit dunia (as-samaa'I d-dunya) yaitu sampai ke dalam jiwanya. Malaikat Hafadzah kemudian memperbanyak amal tersebut dan
mensucikannya.
 
Namun tatkala sampai pada pintu langit pertama, tiba-tiba malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Tamparlah wajah pemilik amal ini dengan amalannya tersebut!! Aku adalah pemilik ghibah... Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk mencegah setiap hamba yang telah berbuat ghibah di antara manusia -membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan orang lain yang apabila orang itu mengetahuinya, dia tidak suka mendengarnya- untuk dapat melewati pintu langit pertama ini....!!"
 
Kemudian keesokan harinya malaikat Hafadzah naik ke langit beserta amal shalih seorang hamba lainnya. Amal tersebut bercahaya yang cahayanya terus diperbanyak oleh Hafadzah dan disucikannya, hingga akhirnya dapat menembus ke langit kedua. Namun malaikat penjaga pintu langit kedua tiba-tiba berkata, "Berhenti kalian...! Tamparlah wajah pemilik amal tersebut dengan amalannya itu! Sesungguhnya dia beramal namun dibalik amalannya itu dia menginginkan penampilan duniawi belaka ('aradla d-dunya).Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalan si hamba yang berbuat itu melewati langit dua ini menuju langit berikutnya!" Mendengar itu semua, para malaikat pun melaknati si hamba tersebut hingga petang harinya.
 
Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan sang hamba yang nampak indah, yang di dalamnya terdapat shadaqah, shaum-shaumnya serta perbuatan baiknya yang melimpah. Malaikat Hafadzah pun memperbanyak amal tersebut dan mensucikannya hingga akhirnya dapat menembus langit pertama dan kedua. Namun ketika sampai di pintu langit ketiga, tiba-tiba malaikat penjaga pintu langit tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Tamparkanlah wajah pemilik amalan tersebut dengan amalan-amalannya itu! Aku adalah penjaga al-Kibr (sifat takabur). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku, karena selama ini dia selalu bertakabur di hadapan manusia ketika berkumpul dalam setiap majelis pertemuan mereka...."
 
Malaikat Hafadzah lainnya naik ke langit demi langit dengan membawa amalan seorang hamba yang tampak berkilauan bagaikan kerlip bintang gemintang dan planet. Suaranya tampak bergema dan tasbihnya bergaung disebabkan oleh ibadah shaum, shalat, haji dan umrah, hingga tampak menembus tiga langit
pertama dan sampai ke pintu langit keempat. Namun malaikat penjaga pintu tersebut berkata, "Berhentilah kalian...! Dan tamparkan dengan amalan-amalan tersebut ke wajah pemiliknya..! Aku adalah malaikat penjaga sifat 'ujub (takjub akan keadaan jiwanya sendiri). Rabb Pemeliharaku memerintahkan kepadaku agar ridak membiarkan amalannya melewatiku hingga menembus langit sesudahku. Dia selalu memasukkan unsur 'ujub di dalam jiwanya ketika melakukan suatu perbuatan...!"
 
Malaikat Hafadzah lainnya naik bersama amalan seorang hamba yang diiring bagaikan iringan pengantin wanita menuju suaminya. Hingga sampailah amalan tersebut menembus langit kelima dengan amalannya yang baik berupa jihad, haji dan umrah. Amalan tersebut memiliki cahaya bagaikan sinar matahari.
Namun sesampainya di pintu langit kelima tersebut, berkatalah sang malaikat penjaga pintu, "Saya adalah pemilik sifat hasad (dengki). Dia telah berbuat dengki kepada manusia ketika mereka diberi karunia oleh Allah. Dia marah terhadap apa-apa yang telah Allah ridlai dalam ketetapan-Nya. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amal tersebut melewatiku menunju langit berikutnya...!"
 
Malaikat Hafadzah lainnya naik dengan amalan seorang hamba berupa wudlu yang sempurna, shalat yang banyak, shaum-shaumnya, haji dan umrah, hingga sampailah ke langit yang keenam. Namun malaikat penjaga pintu langit keenam berkata, 'Saya adalah pemilik ar-rahmat (kasih sayang). Tamparkanlah amalan
si hamba tersebut ke wajah pemilikinya. Dia tidak memilki sifat rahmaniah sama sekali di hadapan manusia. Dia malah merasa senang ketika melihat musibah menimpa hamba lainnya. Rabb Pemeliharaku memerintahkanku untuk tidak membiarkan amalannya melewatiku menuju langit berikutnya...!'
 
Naiklah malaikat Hafadzah lainnya bersama amalan seorang hamba berupa nafkah yang berlimpah, shaum, shalat, jihad dan sifat wara' (berhati-hati dalam bermal). Amalan tersebut bergemuruh bagaikan guntur dan bersinar bagaikan bagaikan kilatan petir. Namun ketika sampai pada langit yang ketujuh, berhentilah amalan tersebut di hadapan malaikat penjaga pintunya. Malaikat itu berkata, 'Saya adalah pemilik sebutan (adz-dzikru) atau sum'ah (mencintai kemasyhuran) di antara manusia. Sesungguhnya pemilik amal ini
berbuat sesuatu karena menginginkan sebutan kebaikan amal perbuatannya di dalam setiap pertemuan. Ingin disanjung di antara kawan-kawannya dan mendapatkan kehormatan di antara para pembesar. Rabb Pemeliharaku memerintahkan aku untuk tidak membiarkan amalannya menembus melewati pintu langit ini menuju langit sesudahnya. Dan setiap amal yang tidak diperuntukkan bagi Allah ta'ala secara ikhlas, maka dia telah berbuat riya', dan Allah Azza wa Jalla tidak menerima amalan seseorang yang diiringi dengan riya' tersebut....!'
 
Dan malaikat Hafadzah lainnya naik beserta amalan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum demi shaum, haji, umrah, akhlak yang berbuahkan hasanah, berdiam diri, berdzikir kepada Allah Ta'ala, maka seluruh malaikat di tujuh langit tersebut beriringan menyertainya hingga terputuslah seluruh hijab dalam menuju Allah Subhanahu. Mereka berhenti di hadapan ar-Rabb yang Keagungan-Nya (sifat Jalal-Nya) bertajalli. Dan para malaikat tersebut menyaksikan amal sang hamba itu merupakan amal shalih yang diikhlaskannya hanya bagi Allah Ta'ala.
 
Namun tanpa disangka Allah berfirman, 'Kalian adalah malaikat Hafadzah yang menjaga amal-amal hamba-Ku, dan Aku adalah Sang Pengawas, yang memiliki kemampuan dalam mengamati apa-apa yang ada di dalam jiwanya. Sesungguhnya dengan amalannya itu, sebenarnya dia tidak menginginkan Aku. Dia menginginkan selain Aku...! Dia tidak mengikhlaskan amalannya bagi-Ku. Dan Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang dia inginkan dari amalannya tersebut. Laknatku bagi dia yang telah menipu makhluk lainnya dan kalian semua, namun Aku sama sekali tidak tertipu olehnya. Dan Aku adalah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, Yang memunculkan apa-apa yang tersimpan di dalam kalbu-kalbu. Tidak ada satu pun di hadapan-Ku yang tersembunyi, dan tidak ada yang samar di hadapan-Ku terhadap segala yang tersamar..... Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang belum terjadi. Pengetahuan-Ku terhadap apa-apa yang telah berlalu sama dengan pengetahuan-Ku terhadap yang akan datang. Dan pengetahuan-Ku terhadap segala sesuatu yang awal sebagaimana pengetahuan-Ku terhadap segala yang akhir. Aku lebih mengetahui sesuatu yang rahasia dan tersembunyi. Bagaimana mungkin hamba-Ku menipu-Ku dengan ilmunya. Sesungguhnya dia hanyalah menipu para makhluk yang tidak memiliki pengetahuan, dan Aku Maha Mengetahui segala yang ghaib. Baginya laknat-Ku....!!
 
Mendengar itu semua maka berkatalah para malaikat penjaga tujuh langit beserta tiga ribu pengiringnya, 'Wahai Rabb Pemelihara kami, baginya laknat-Mu dan laknat kami. Dan berkatalah seluruh petala langit, 'Laknat Allah baginya dan laknat mereka yang melaknat buat sang hamba itu..!
 
Mendengar penuturan Rasulullah Saw. sedemikian rupa, tiba-tiba menangislah Mu'adz Rahimahullah, dengan isak tangisnya yang cukup keras...Lama baru terdiam kemudian dia berkata dengan lirihnya, "Wahai Rasulullah......Bagaimana bisa aku selamat dari apa-apa yang telah engkau ceritakan tadi...??"
 
Rasulullah bersabda, "Oleh karena itu wahai Mu'adz.....Ikutilah Nabimu di dalam sebuah keyakinan...".
 
Dengan suara yang bergetar Mu'adz berkata, "Engkau adalah Rasul Allah, dan aku hanyalah seorang Mu'adz bin Jabal....Bagaimana aku bisa selamat dan lolos dari itu semua...??"
 
Nabi yang suci bersabda, "Baiklah wahai Mu'adz, apabila engkau merasa kurang sempurna dalam melakukan semua amalanmu itu, maka cegahlah lidahmu dari ucapan ghibah dan fitnah terhadap sesama manusia, khususnya terhadap saudara-saudaramu yang sama-sama memegang Alquran. Apabila engkau hendak berbuat ghibah atau memfitnah orang lain, haruslah ingat kepada pertanggungjawaban jiwamu sendiri, sebagaimana engkau telah mengetahui bahwa dalam jiwamu pun penuh dengan aib-aib. Janganlah engkau mensucikan jiwamu dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Jangan angkat derajat jiwamu dengan cara menekan orang lain. Janganlah tenggelam di dalam memasuki urusan dunia sehingga hal itu dapat melupakan urusan akhiratmu. Dan janganlah engkau berbisik-bisik dengan seseorang, padahal di sebelahmu terdapat orang lain yang tidak diikutsertakan. Jangan merasa dirimu agung dan terhormat di hadapan manusia, karena hal itu akan membuat habis terputus nilai kebaikan-kebaikanmu di dunia dan akhirat. Janganlah berbuat keji di dalam majelis pertemuanmu sehingga akibatnya mereka akan menjauhimu karena buruknya akhlakmu. Janganlah engkau ungkit-ungkit kebaikanmu di hadapan orang lain. Janganlah engkau robek orang-orang dengan lidahmu yang akibatnya engkau pun akan dirobek-robek oleh anjing-anjing Jahannam, sebagaimana firman-Nya Ta'ala, "Demi yang merobek-robek dengan merobek yang sebenar-benarnya..." (QS An-Naaziyat [79]: 2) Di neraka itu, daging akan dirobek hingga mencapat tulang........
 
Mendengar penuturan Nabi sedemikian itu, Mu'adz kembali bertanya dengan suaranya yang semakin lirih, "Wahai Rasulullah, Siapa sebenarnya yang akan mampu melakukan itu semua....??"
 
"Wahai Mu'adz...! Sebenarnya apa-apa yang telah aku paparkan tadi dengan segala penjelasannya serta cara-cara menghindari bahayanya itu semua akan sangat mudah bagi dia yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala.... Oleh karena itu cukuplah bagimu mencintai sesama manusia, sebagaimana engkau mencintai jiwamu sendiri, dan engkau membenci mereka sebagaimana jiwamu membencinya. Dengan itu semua niscaya engkau akan mampu dan selamat dalam menempuhnya.....!!"
 
Khalid bin Ma'dan kemudian berkata bahwa Mu'adz bin Jabal sangat sering membaca hadits tersebut sebagaimana seringnya beliau membaca Alquran, dan sering mempelajarinya serta menjaganya sebagaimana beliau mempelajari dan menjaga Alquran di dalam majelis pertemuannya.
 
Al-Ghazali Rahimahullah kemudian berkata, "Setelah kalian mendengar hadits yang sedemikian luhur beritanya, sedemikian besar bahayanya, atsarnya yang sungguh menggetarkan, serasa akan terbang bila hati mendengarnya serta meresahkan akal dan menyempitkan dada yang kini penuh dengan huru-hara yang mencekam. Kalian harus berlindung kepada Rabb-mu, Pemelihara Seru Sekalian Alam. Berdiam diri di ujung sebuah pintu taubat, mudah-mudahan kalbumu akan dibuka oleh Allah dengan lemah lembut, merendahkan diri dan berdoa, menjerit dan menangis semalaman. Juga di siang hari bersama orang-orang yang merendahkan diri, yang menjerit dan selalu berdoa kepada Allah Ta'ala. Sebab itu semua adalah sebuah persoalan bersar dalam hidupmu yang kalian tidak akan selamat darinya melainkan disebabkan atas pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala semata.
 
Dan tidak akan bisa selamat dari tenggelamnya di lautan ini kecuali dengan hadirnya hidayah, taufiq serta inayah-Nya semata. Bangunlah kalian dari lengahnya orang-orang yang lengah. Urusan ini harus benar-benar diperhatikan oleh kalian. Lawanlah hawa nafsumu dalam tanjakan yang menakutkan ini. Mudah-mudahan kalian tidak akan celaka bersama orang-orang yang celaka. Dan mohonlah pertolongan hanya kepada Allah Ta'ala, kapan saja dan dalam kadaan bagaimanapun. Dialah yang Maha Menolong dengan sebaik-baiknya...
 
Wa laa haula wa laa quwwata illa billaah...
Sumber [klik disini]

Senin, 11 April 2011

" Faedah Shalat Di Awal Waktu "

Setiap peralihan waktu shalat sebenarnya menunjukkan perubahan tenaga alam ini yang diukur dan diserap melalui perubahan warna alam.
fenomena perubahan warna alam adalah sesuatu yang tidak asing bagi mereka yang terlibat dalam bidang fotografi.

Waktu Subuh :
Sebagai contoh, pada waktu Subuh alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersamaan dengan frekuensi tiroid yang mempengaruhi sistem metabolisma tubuh.
Jadi warna biru muda atau waktu Subuh mempunyai rahasia berkaitan dengan penawar/rezeki dan komunikasi.

Mereka yang kerap tertinggal waktu Subuhnya ataupun terlewat secara berulang-ulang kali, lama kelamaan akan menghadapi masalah komunikasi dan rezeki.
Ini karena tenaga alam yaitu biru muda tidak dapat diserap oleh tiroid yang berlaku dalam keadaan roh dan jasad bersatu (keserentakan ruang dan masa) - dalam arti kata lain terjaga daripada tidur.

Di sini juga dapat kita buka rahasia diperintahkan shalat di awal waktu.
Bermulanya saja azan Subuh, tenaga alam pada waktu itu berada pada tahap optimum.
Tenaga inilah yang akan diserap oleh tubuh melalui konsep getaran pada waktu rukuk dan sujud.
Jadi mereka yang terlewat Subuhnya sebenar sudah mendapat tenaga yang tidak optimum lagi.

Waktu Dzuhur :
Warna alam seterusnya berubah ke warna hijau (Isyraq & Dhuha) dan kemudian warna kuning menandakan masuknya waktu Dzuhur.
Spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem penghadaman.

Warna kuning ini mempunyai rahasia yang berkaitan dengan keceriaan.
Jadi mereka yang selalu ketinggalan atau terlewat Dzuhurnya berulang-ulang kali dalam hidupnya akan menghadapi masalah di perut dan hilang sifat cerianya.

Waktu Ashar :
Kemudian warna alam akan berubah kepada warna oren, iaitu masuknya waktu Ashar di mana spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi prostat, uterus, ovari dan testis yang merangkumi sistem reproduktif.

Rahasia warna oranye  ialah kreativitas.
Orang yang kerap tertinggal Ashar akan hilang daya kreativitasnya dan lebih malang lagi kalau di waktu Ashar ini jasad dan roh seseorang ini terpisah (tidur)
Dan jangan lupa, tenaga pada waktu Ashar ini amat diperlukan oleh organ-organ reproduktif kita.

Waktu Magrib :
Menjelang waktu Maghrib, alam berubah ke warna merah dan di waktu ini kita kerap dinasihatkan oleh orang-orang tua agar tidak berada di luar rumah.
Ini karena spektrum warna pada waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (infra-red) dan ini bermakna jin dan iblis pada waktu ini amat bertenaga karena mereka ikut bergetar bersama alam.

Mereka yang sedang dalam perjalanan juga sebaik-baiknya berhenti dahulu pada waktu ini (shalat Maghrib dulu) karena banyak interferens (pembelauan) terjadi pada waktu ini yang telah mengelirukan mata kita.
Rahasia waktu Maghrib atau warna merah ialah keyakinan, pada frekuensi otot, saraf dan tulang.

Waktu Isya :
Apabila masuk waktu Isya, alam berubah ke warna Indigo dan seterusnya memasuki fase Kegelapan.

Waktu Isya ini menyimpan rahsia ketenteraman dan kedamaian di mana frekuensinya bersamaan dengan sistem kawalan otak.
Mereka yang kerap ketinggalan Isyanya akan selalu berada dalam kegelisahan.
Alam sekarang berada dalam Kegelapan dan sebetulnya, inilah waktu tidur dalam Islam.
Tidur pada waktu ini dipanggil tidur delta di mana keseluruhan sistem tubuh berada dalam istirahat.
Qiamullail :
Selepas tengah malam, alam mulai bersinar kembali dengan warna putih, merah jambu dan seterusnya ungu di mana ia bersamaan dengan frekuensi kelenjar pineal, pituitari, talamus dan hipotalamus.
Tubuh sepatutnya bangkit kembali pada waktu ini dan dalam Islam waktu ini dipanggil Qiamullail.

Begitulah secara ringkas perkaitan waktu shalat dengan warna alam.
Manusia kini seharusnya sadar akan kepentingan tenaga alam ini dan inilah faktor adanya bermacam-macam kaedah meditasi yang dicipta seperti taichi, qi-gong dan sebagainya.

Semuanya dicipta untuk menyerap tenaga-tenaga alam ke sistem tubuh.
Kita sebagai umat Islam sepatutnya bersyukur karena telah dikurniakan’ syariat shalat oleh Allah SWT tanpa perlu kita memikirkan bagaimana hendak menyerap tenaga alam ini.

Hakikat ini seharusnya menginsyafkan kita bahawa Allah s.w.t mewajibkan shalat ke atas hamba-Nya atas sifat Pengasih dan Penyayang-Nya sebagai pencipta karena Dia tahu hamba-Nya ini sangat memerlukan-Nya.
Adalah amat malang sekali bagi kumpulan manusia yang amat lalai dalam menjaga shalatnya tapi amat berdisiplin dalam menghadiri kelas taichinya.
Wallahualam.

Selasa, 05 April 2011

" Mutiara Hikmah Imam Al-Ghazali "

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya lalu beliau
bertanya (Teka Teki ) :

Imam Ghazali = " Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?

Murid 1 = " Orang tua "
Murid 2 = " Guru "
Murid 3 = " Teman "
Murid 4 = " Kaum kerabat "

Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI . Sebab itu janji Allah bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali = " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1 = " Negeri Cina "
Murid 2 = " Bulan "
Murid 3 = " Matahari "
Murid 4 = " Bintang-bintang "

Iman Ghazali = " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU . Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama".

Iman Ghazali = " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1 = " Gunung "
Murid 2 = " Matahari "
Murid 3 = " Bumi "

Imam Ghazali = " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI" Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1 = " Baja "
Murid 2 = " Besi "
Murid 3 = " Gajah "

Imam Ghazali = " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Imam Ghazali = " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1 = " Kapas"
Murid 2 = " Angin "
Murid 3 = " Debu "
Murid 4 = " Daun-daun"

Imam Ghazali = " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT . Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat "

Imam Ghazali = " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Murid- Murid dengan serentak menjawab = " Pedang "
Imam Ghazali = " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali di dunia ini adalah LIDAH MANUSIA . Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "

"sampaikanlah walau satu ayat"..
Sumber Bacaan : [disini]

Jumat, 01 April 2011

"Khutbah Nikah"

Pernikahan adalah salah satu perintah Tuhan, dan ini merupakan jalan para anbiya, termasuk manusia pertama, Adam (as) dan wanita pertama, Hawa (ra).  Mereka melangsungkan pernikahannya di Surga, oleh sebab itu Allah (swt) memberikan suatu Wewangian Surgawi kepada setiap pasangan yang melangsungkan pernikahan agar mereka bahagia.  Tetapi mereka sendiri harus menjaga wewangian itu sepanjang hidupnya, ini sangat penting.  Dan sekarang kita memohon kepada Allah (swt) untuk melestarikan wewangian tadi bagi mereka berdua sepanjang hidupnya di dunia, dan kita berharap agar mereka akan bersatu di akhirat kelak, dalam kehidupan yang kekal.  Itulah makna dari pelaksanaan upacara pernikahan bagi sepasang pengantin baru. 
Kita bersyukur kepada Tuhan kita, yang menciptakan pria dan wanita, dan mengaruniai mereka dari Cinta Ilahiah-Nya.  Jika Dia tidak menganugerahkan Cinta Ilahiah-Nya, tak seorang pun akan menemukan jodohnya.  Dan Dia memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menjalani kehidupan yang mulia, dengan menjadikan orang saling berpasangan, bukannya satu wanita untuk semua pria atau seorang pria bagi seluruh wanita. 
Suatu kehormatan bagi wanita, bahwa ia hanya diperuntukkan bagi seorang pria dan sebaliknya seorang pria hanya untuk seorang wanita.  Itu merupakan suatu kemuliaan bagi mereka dalam kehidupan ini.  Siapapun yang melanggar aturan tersebut, Allah (swt) tidak akan menyebut mereka sebagai orang yang terhormat.  Oleh sebab itu kita memegang teguh upacara yang mulia ini, dan kita memohon kepada Allah (swt) agar mereka berhasil dalam menjalani kehidupan mereka bersama. 
Para wanita hanya boleh memandang suaminya.  Jika kalian ditanya, "Siapakah orang yang paling tampan di dunia?"  Kalian harus menjawab bahwa suami kalianlah yang paling tampan.  Begitu pula dengan para pria, siapakah orang tercantik di London?  Istri kalian.  Jika masing-masing melihat pada pasangannya, takkan ada lagi masalah, baik di London, di Inggris, di Turki, di Siprus, di Timur dan di Barat. 
Ini adalah nasihat yang paling penting bagi pasangan yang baru menikah.  Saya mendengar bahwa banyak pasangan yang mendaftarkan diri melalui petugas KUA.  Setelah tiga hari, tiga minggu, tiga bulan, atau tiga tahun, keduanya menjalani jalan yang berbeda, karena mereka melihat (pada orang lain), yang wanita melihat pria lain; yang pria melihat wanita lain.  Kalau demikian, pernikahan mereka tidak akan berusia panjang. 
Sekarang kalian tengah membangun suatu 'gedung' baru, melangsungkan sebuah pernikahan, dan kita memohon kepada  Allah (swt) untuk membuat kalian saling mencintai satu sama lain. 
==00==
Kalian harus tahu, kalian semua: Jangan menyakiti hati istri kalian, jangan menyakiti hati istri kalian!  Buatlah (suasana) agar mereka senantiasa bahagia dengan kalian; kalau tidak, ketika kalian datang, mereka akan pergi.  Mengerti?  Jagalah agar mereka tetap bahagia.  Dengan demikan mereka pun akan berusaha membuat kalian bahagia. 
Bawakan dia beberapa perhiasan (emas), seperti ini, seperti itu, sehingga dia akan senang denganmu.  Lakukanlah selalu; ketika istrimu marah kepadamu, bawakanlah sesuatu yang disukainya. 
==00==
Wanita sangat beruntung, di dunia dan di akhirat kelak.  Mengapa?  Karena tidak ada pertanyaan bagi mereka. 
Pada Hari Kebangkitan, setiap wanita akan datang bersama suaminya dan ketika sang suami masuk surga, istrinya pun akan masuk bersamanya.  Tak ada pertanyaan bagi mereka.  Tetapi kalian—para pria—akan mendapat begitu banyak pertanyaan. 
Kalian mengerti?  Tunjukkan paspor kalian di depan pintu surga, masuklah, dan istri kalian akan masuk bersama kalian.  "Ini istrimu?"  Allah 'Azza wa Jalla akan bertanya pada kalian.  Kalian akan menjawab, "Ya."  "Kamu bahagia bersamanya?"  Jika kalian menjawab, "Ya"; Allah (swt) akan berkata, "Bawa dia masuk ke dalam surga." 
Tetapi jika kalian berkata, "Ya Tuhanku, Aku tidak pernah puas dengannya.  Dia terlalu banyak bicara!"  Lalu Allah (swt) akan berkata, "Stop!  Berdiri!  Mengapa kamu tidak bahagia dengannya?  Dia adalah hijab antara dirimu dengan neraka.  Jika dia tidak bersamamu, kamu pasti sudah tergelincir ke jurang neraka.  Oleh sebab itu mereka semua lebih berharga daripada kalian."
Ya, karena jika istri kalian tidak melayani kalian sebagai hijab, kita semua akan terjerumus ke dalam neraka, tak seorang pun yang akan mengeluarkan kita, kecuali isteri kita, tempat berlindung kita.  Jadi di siang hari, ketika kalian hendak berangkat kerja, raihlah tangan istrimu (Syaikh Nazim ق menunjukkan gerakan mencium tangan), begitu pula di malam hari.  Kalian harus memperlakukan istri kalian dengan lembut.  Ya, hal ini adalah benar, mutlak, pasti dan bahkan sangat benar. 
Oleh sebab itu kalian harus menjaga hak-hak mereka.  Kalian, para pria suka melakukan kekejaman terhadap wanita dan tidak mempedulikan hak-hak mereka.  Setiap orang harus menjaga hak-hak mereka (wanita).  Allah (swt) akan bertanya, "Mengapa kalian tidak merasa puas terhadap istri kalian?  Apa masalahnya, karena dia adalah yang menjadi hijab antara kalian dengan neraka, apakah dia tidak menjaga rumahmu?  Apakah dia tidak memasak?  Tidak mencuci?  Tidak merawat anak-anak?  Tidak bersih-bersih?"  Allah (swt) akan bertanya. 
Tidak ada kewajiban bagi wanita untuk melakukan suatu pekerjaan. (Menurut syariah Islam, sebenarnya pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak merupakan tugas pria atau suami.  Jika istri tidak sanggup atau tidak ingin merawat anaknya, maka si suami bertanggung jawab untuk menyediakan makanan bagi anaknya.  Namun karena sudah menjadi kebiasaan, maka istrilah yang mengerjakan hal-hal tersebut.  Syaikh Nazim (qs) mengatakan bahwa pria harus bersikap lebih apresiatif, arif dan menolong bukannya memanfaatkan istrinya untuk mengurus rumah dan merawat anaknya.)  Kalian (pria) harus melakukannya: mencuci, bersih-bersih, dan merawat anak-anak.  Dalam syariah, Allah (swt) bahkan tidak memerintahkan wanita untuk memberikan susu kepada anak-anak kalian.  Itu termasuk tanggung jawab kalian, wahai pria.  Kalian harus menyediakannya (susu), kalian harus membayarnya.
Kalian memberi bayaran pada wanita?  Untuk setiap bayi yang dia lahirkan, kalian harus membawakan rantai emas (perhiasan) untuk istrimu.  Ya, ketika dia memberikan susunya kepada si bayi, kalian harus membayarnya, bukannya mengatakan, "Kamu dapat melakukannya, kamu bisa menemukan seseorang untuk memberi susu kepada bayimu."
Jangan menyuruhnya untuk bekerja!  Dia hanyalah sebagai hijab antara kamu dengan hal-hal yang haram, itulah tugasnya.  Segalanya berada di pundak pria, tetapi mereka (wanita) mau melakukannya… karena mereka bersyukur kepada kita, mereka melakukannya dengan sukarela.  Apakah kamu sekali-sekali pernah mencuci?

Kamis, 31 Maret 2011

Kisah Teladan "Anak Penjual Kue"

Selesai berlibur dari kampung, saya harus kembali ke kota. Mengingat jalan tol yang juga padat, saya menyusuri jalan lama. Terasa mengantuk, saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan. "Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangangnya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajaannya.

"Tidak dik....abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas. dia berlalu. Begitu pesanan tiba, saya terus menikmatinya. Lebih kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri sepertinya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu saja.

"Abang sudang makan , tak mau beli kue saya?" katanya tenang ketika menghampiri meja saya.

"Abang baru selesai makan di, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pergi, tapi cuma disekita restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu ditanya....

"Tak mau beli kue saya bang..pak.kakak atau ibu." Molek budi bahasanya.

Pemilik rstoran itu pun tak melarang dia keluar masuk ke restorannya menemui pelanggan. Sambil memeperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.

Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Anak itu saya lihat berada agak jauh di deretan kedai yang sama. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menututp pintu. Belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi berdiri di tepi mobil. Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan cermin. Membalas senyumannya.

"Abang sudah kenyang, tapi mungkin abang perlukan kue saya untuk adik-adik abang, ibu atau ayah abang," katanya sopan sekali sambil tersenyum. Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya. Saya tatap wajahnya, berssih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mngulurkan selembar uang Rp 20.000,- saya ulurkan padanya.

"Ambil ini dik! Abang sedekah ....tak usah abang beli kue itu." saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan meningkat mendadak. Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya.

Setelah mesin mobil saya hidupkan . Saya memundurkan. Alangkah terperanjatnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp 20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya. Saya terkejut saya hentikan mobil, memanggil anak itu.

"Kenapa bang mau beli kue kah?" tanyannya.

"Kenapa adik berikan duit abang tadi pada pengemis itu? Duit itu abang berikan adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Bang saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, mak pasti marah. Kata mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat bang!" katanya begitu lancar.

Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.

"Abang mau beli semua kah?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk.

Lidah saya kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja bang....." Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia hingga hilang dari pandangan.

Dalam perjalanan, baru saya terfikir untuk bertanya statusnya. Anak yatim kah? Siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidiknya? Terus terang saya katakan , saya beli kuenya bukan lagi atas dasa kasihan, tetapi rasa kagum dengan sikapnya yang dapat menjadikan kerjanya suatu penghormatan. Sesungguhnya saya kagum dengan sikap anak itu.

Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.
Sumber : [disini]

Rabu, 30 Maret 2011

" Perilaku Air "

*Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup." (Q.S. Al
Anbiya:30)


Kristal air sebelum diperdengarkan doa

Kristal air sesudah diperdengarkan doa

*Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa
air semua akan mati kehausan. Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Emoto dari
Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku
air. Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama
Shinto, lalu didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto
dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata
molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi
dengan membacakan kata, "Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)" di
depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu
dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, "Arigato". Kristal
membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata
"setan", kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart,
kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal
diperdengarkan, kristal hancur.


Dr. Masaru Emoto
Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan "peace" di depan
sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan
indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam
dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah. Dr. Emoto
akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss,
Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB
di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005
lalu. Ternyata air bisa "mendengar" kata-kata, bisa "membaca" tulisan,
dan bisa "mengerti" pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in
Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam
pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak
di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain.
Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan
bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling
sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu
menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat
kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah
82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di
rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak
yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum
tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada
air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan
dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota
didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang
meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas. Rasulullah saw.
bersabda, "Zamzam lima syuriba lahu", "Air zamzam akan melaksanakan
pesan dan niat yang meminumnya". Barangsiapa minum supaya kenyang, dia
akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan
sembuh. Subhanallah ... Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena
dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi
Ibrahim a.s.

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan
tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air.
Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam,
daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap
manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat
wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib
mandi. Mati pun wajib dimandikan. Tidak ada agama lain yang menyuruh
memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar. Tetapi kita belum
melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang
secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah.

Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus
melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadis.

Wallahu a'lam ...

Sumber : [disini]

HIKMAH DI BALIK AMANAH

Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdul Baqi bin Muhammad Al-Bazzar Al-Anshari berkata: “Dulu, aku pernah berada di Makkah semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu menjaganya, suatu hari aku merasakan lapar yang sangat. Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menghilangkan laparku. Tiba-tiba aku menemukan sebuah kantong dari sutera yang diikat dengan kaos kaki yang terbuat dari sutera pula.

Aku memungutnya dan membawanya pulang ke rumah. Ketika aku buka, aku dapatkan didalamnya sebuah kalung permata yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Aku lalu keluar dari rumah, dan saat itu ada seorang bapak tua yang berteriak mencari kantongnya yang hilang sambil memegang kantong kain yang berisi uang lima ratus dinar. Dia mengatakan, ‘Ini adalah bagi orang yang mau mengembalikan kantong sutera yang berisi permata’. Aku berkata pada diriku, ‘Aku sedang membutuhkan, aku ini sedang lapar. Aku bisa mengambil uang dinar emas itu untuk aku manfaatkan dan mengembalikan kantong sutera ini padanya’.

Maka aku berkata pada bapak tua itu, ‘Hai, kemarilah’. Lalu aku membawanya ke rumahku. Setibanya di rumah, dia menceritakan padaku ciri kantong sutera itu, ciri-ciri kaos kaki pengikatnya, ciri-ciri permata dan jumlahnya berikut benang yang mengikatnya. Maka aku mengeluarkan dan memberikan kantong itu kepadanya dan dia pun memberikan untukku lima ratus dinar, tetapi aku tidak mau mengambilnya. Aku katakan padanya, ‘Memang seharusnya aku mengembalikannya kepadamu tanpa mengambil upah untuk itu’. Ternyata dia bersikeras, ‘Kau harus mau menerimanya’, sambil memaksaku terus-menerus. Aku tetap pada pendirianku, tak mau menerima.

Akhirnya bapak tua itu pun pergi meninggalkanku. Adapun aku, beberapa waktu setelah kejadian itu aku keluar dari kota Makkah dan berlayar dengan perahu. Di tengah laut, perahu tumpangan itu pecah, orang-orang semua tenggelam dengan harta benda mereka. Tetapi aku selamat, dengan menumpang potongan papan dari pecahan perahu itu. Untuk beberapa waktu aku tetap berada di laut, tak tahu ke mana hendak pergi!

Akhirnya aku tiba di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku duduk di salah satu masjid mereka sambil membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Ketika mereka tahu bagaimana aku membacanya, tak seorang pun dari penduduk pulau tersebut kecuali dia datang kepadaku dan mengatakan, ‘Ajarkanlah Al-Qur’an kepadaku’. Aku penuhi permintaan mereka. Dari mereka aku mendapat harta yang banyak.

Di dalam masjid, aku menemukan beberapa lembar dari mushaf, aku mengambil dan mulai membacanya. Lalu mereka bertanya, ‘Kau bisa menulis?’, aku jawab, ‘Ya’. Mereka berkata, ‘Kalau begitu, ajarilah kami menulis’. Mereka pun datang dengan anak-anak juga dan para remaja mereka. Aku ajari mereka tulis-menulis. Dari itu juga aku mendapat banyak uang. Setelah itu mereka berkata, ‘Kami mempunyai seorang puteri yatim, dia mempunyai harta yang cukup. Maukah kau menikahinya?’ Aku menolak. Tetapi mereka terus mendesak, ‘Tidak bisa, kau harus mau’. Akhirnya aku menuruti keinginan mereka juga. Ketika mereka membawa anak perempuan itu kehadapanku, aku pandangi dia. Tiba-tiba aku melihat kalung permata yang dulu pernah aku temukan di Makkah melingkar di lehernya. Tak ada yang aku lakukan saat itu kecuali hanya terus memperhatikan kalung permata itu.

Mereka berkata, ‘Sungguh, kau telah menghancurkan hati perempuan yatim ini. Kau hanya memperhatikan kalung itu dan tidak memperhatikan orangnya’. Maka saya ceritakan kepada mereka kisah saya dengan kalung tersebut. Setelah mereka tahu, mereka meneriakkan tahlil dan takbir hingga terdengar oleh penduduk setempat. ‘Ada apa dengan kalian?’, kataku bertanya. Mereka menjawab, ‘Tahukah engkau, bahwa orang tua yang mengambil kalung itu darimu saat itu adalah ayah anak perempuan ini’. Dia pernah mengatakan, ‘Aku tidak pernah mendapatkan seorang muslim di dunia ini (sebaik) orang yang telah mengembalikan kalung ini kepadaku’.

Dia juga berdoa, ‘Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang itu hingga aku dapat menikahkannya dengan puteriku’, dan sekarang sudah menjadi kenyataan’. Aku mulai mengarungi kehidupan bersamanya dan kami dikaruniai dua orang anak. Kemudian isteriku meninggal dan kalung permata menjadi harta pusaka untukku dan untuk kedua anakku. Tetapi kedua anakku itu meninggal juga, hingga kalung permata itu jatuh ke tanganku. Lalu aku menjualnya seharga seratus ribu dinar. Dan harta yang kalian lihat ada padaku sekarang ini adalah sisa dari uang 100 ribu dinar itu.”