Seluruh surah yang terkandung dalam Al Quran pasti diawali dengan bacaan  basmalah. Bismillahirrahmanirrahiim adalah awal dari surah Al Fatihah  yang juga disebut al-sab'ah Al Matsaani atau tujuh ayat yang dibaca  berulang - ulang. Surat itu juga disebut ummul Quran, ibu atau induknya  Quran, yang menaungi segala firman Allah. Kenapa sih setiap orang yang  akan mengawali membaca surat atau ayat Quran kok harus mengucap basmalah  yang berarti "dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"  ? Kenapa kok tidak menyebut asma Allah dengan sifat yang lainnya  misalnya dengan nama Allah yang Maha Menghukum (Al Hakim ) dan Maha  Cerdas ( Al Alim ) ?
Seperti yang disebutkan dalam hadits Qudsi  ternyata sifat rahman rahim itu larinya lebih cepat daripada sifat  menyiksaNya. Sifat itu mampu melebur siksa yang tengah dipersiapkan.  Sifat itu bahkan melebihi sifat welas asih seorang ibu yang tetap mau  menyusui sang anak walaupun si anak durhaka bin bajingan. Inilah mengapa  disebut ummul Quran bukan abul Quran karena realitasnya keperkasaan  sang bapak masih tak mampu menandingi keluasan kasih ibu. Bayangkan bila  disebut bapaknya Quran pasti bacaan basmalah mensifati kegagahan dan  kepandaian tanpa ada rasa sayang yang mendahului dan membasahi jiwa.  Beragama pun jadi garing sekali.
Lha wong disuruh mengucap  basmalah saja dalam mengamalkan Quran kadang kita masih lebih suka  mengandalkan kegagahan dan kepandaian daripada sifat welas asih. Mulut  membaca basmalah tapi prakteknya selalu ingin mengandalkan kepandaian,  kegagahan, kewibawaan bahkan menjurus menghancurkan baik fisik,  intelektual atau pun spiritual seseorang yang tak seide. Mungkin ini  sebabnya disebut Al Sab'ah Al Matsani agar setiap muslim selalu membaca  berulang -ulang sampai tertancap di dada merasuk menjadi aliran darah  dan desah nafas keseharian. Sebab tanpa peneguhan yang berulang - ulang,  sifat kasih sayang itu perlahan -lahan akan lenyap ditelan bumi.  Kemudian tiba - tiba kita menjadi asing dengan sifat itu.
Jujur  saja ketika agama tertentu mengangkat jargon "kasih" apa yang kita fikir  dan rasakan? Kalau ada orang bilang ajaran kasih, secepat kilat kita  memvonis itu ajaran nasrani atau budhism. Padahal kalau orang nasrani di  Timur Tengah menyebut ajaran kasih pasti dengan ucapan dienul rahman  sebab di sana nggak ada bahasa Indonesia. Jadi ajaran kasih itu ya  ajaran rahman. Sama juga seperti ketika orang nasrani di Arab  mengucapkan "Puji Tuhan" sama seperti mengucapkan "Alhamdulillah" sebab  mereka nggak bisa bahasa Indonesia. Masalahnya kan cuma sadar apa nggak  atas ucapan itu, kemudian yang dikatakan sadar itu arah kesadarannya  tertuju kemana ? Ke realitas Tuhan yang tak terbatas, ke patung atau  alam fikiran yang masih terkungkung ruang waktu ?
Bila kita terus  bertahan dengan suatu yang sifatnya verbal ya jangan salahkan orang  lain kalau suatu saat kita terkecoh bila ada orang fasih berbahasa Arab  dan bergamis-surban eehh...ternyata Kristen Ortodoks Syiria dan atribut  itu ternyata adalah akar budaya asli yang tidak dibuat -buat untuk  sebuah kepentingan kristenisasi atau apalah namanya. Apakah ada hak kita  untuk marah sebab Abu Jahal dan Abu Lahab juga fasih bahasa Arab dan  bergamis surban ( emangnya Pak Abu Lahab dan Bung Abu Jahal itu pakai  celana jeans dan dasi ya..? ).
Dienul Islam bukan hanya sekedar  dibedakan dari kostum, tata bahasa dan dialeknya. Ayat yang terkandung  dalam Al Quran adalah kalam yang memang diturunkan dalam bentuk bahasa  atau tulisan dengan wujud materi agar manusia memahami. Tetapi bukan  terhenti pada bahasa atau tulisan itu sendiri sebab kalam lebih dari  itu. Contoh mudahnya, dengan bahasa apakah Allah mengambil kesaksian  diri kita waktu masih di perut ibu ? ( Qs Al A'raf 172 ). Sebab dalam  kandungan kita belum mengenal bahasa apapun.
Kalau toh keyakinan  lain mempunyai ajaran kasih, biarkan saja....kita ini malah lengkap  nggak sebatas kasih namun kasih bin sayang. Kasih itu masih bersifat  memberi entah itu mengasih materi, memberi perlindungan, meridhoi atau  mengikhlaskan sesuatu perbuatan. Sayang itu lebih bersifat memiliki dan  mendekap. Siapa sih tidak bangga dimiliki orang lain. Kita akan senang  ketika dimiliki oleh sebagian yang lain. Saya atau anda pasti senang  bila ada yang memperhatikan dan merasa memiliki kita entah itu tetangga,  saudara, sahabat, keluarga atau mantan pacar. Pendakwah pun lebih  bersuka cita dan khotbahnya akan semakin berkobar -kobar karena ia  merasa dimiliki oleh jutaan pengikut. 
Bagaimana perasaan anda dan  saya jika ternyata di balik semua itu masih jauh ada yang lebih  duahsyaaat dan buessaarr... kita dimiliki Allah ! Kita didekapNya !  Suueennaang pol, lumayan senang, agak senang, biasa saja, atau tak  terasa ? Ahh itu tergantung kemelekatan hidup ini pada Allah... silahkan  jujur pada diri sendiri... Ataukah mungkin Allah saja masih kurang  sehingga kita masih ngebut mencari kebahagiaan dengan ingin dimiliki (  ternyata bukan memiliki ) harta, gelar kekuasaan, cap intelektual, atau  sanjungan umat. Bila itu jadi tujuan utama maka saksikan bahwa perasaan  bahagia dari Allah itu perlahan akan lenyap tanpa bisa ditawar walaupun  kita sedang mengalami kepuasan karena mendapat berbagai sanjungan  manusia. Pertama kelenyapan itu hanya perdetik, kemudian permenit,  perjam, berhari -hari, tak terasa akhirnya bertahun - tahun.
Hiruplah  nafas dalam -dalam disertai membaca basmalah dengan ikhlas lalu buang  semua angan kenikmatan selain Allah bersama hembusan kotoran karbon yang  keluar dari mulut...teguhkan hasbunallah....
Basmalah yang telah  menyublim dalam diri akan menjadi kunci pembuka jutaan makna yang  terkandung di setiap huruf dan ayat Al Quran. Rahman rahim adalah ayat  cinta dan ketundukan yang tak dapat dipisah. Hanya dengan cinta kita  bisa membangunkan mereka yang tertidur dari mengenal Allah. Dengan  ketundukan pula kita bisa menghargai perbedaan karena kita sadar yang  berbeda itu sekedar pernik dunianya saja tetapi mahluk yang berbeda itu  tetap milik Allah, ciptaan Allah. Please deh... jangan main -main dengan  Ciptaan Allah...Teladanilah sifat Rasul ketika pamannya sendiri tidak  mau bersyahadat....
Pengkhusyukan terhadap basmalah akan membuat  dada seseorang dialiri berbagai pengetahuan langit dan bumi tanpa  bersusah payah mencarinya. Persis seperti Cinderela yang mencintai sang  pangeran. Ia hanya bermodal cinta dan merasa ingin dimiliki. apa yang  terjadi ketika sang pangeran menyambut cintanya ? akses kerajaan,  kekuasaan, para mentri dan pengawalnya pun rela di persembahkan untuk  sang putri tercinta. Cinderela pun mendapatkan segalanya tanpa susah  payah. Tinggal bilang, semua datang. Ahh itu kan hanya dongeng ! otak  kita memprotes...tapi cobalah cobalah dan cobalah. Tinggalkan dulu otak  kita yang protes ini barang dua tiga hari kemudian gantilah dengan rasa  mencinta dan ingin dimiliki. Dijamin manjur bergaransi !
Apakah  saya yang menjamin kok berani -beraninya pakai garansi segala ? Tidak!  Allah sendiri yang telah menjamin seperti yang tertulis dalam Al Quran.  Terlalu banyak untuk dituliskan ayat - ayat itu dalam tulisan ini karena  sebenarnya setiap huruf, kata dan ayat Al Quran adalah mukjizat luar  biasa di manapun kita mulai membukanya.
Tapi memang, membaca  basmalah itu gampang - gampang susah persis seperti mengetik sebuah  password ketika akan mengakses sebuah rahasia program. Salah sedikit  saja pasti gagal. Saya sendiri sering gagal karena rata - rata keliru  dalam kombinasi penggunaan huruf kecil dan huruf besar. Paling sering  terjadi ketika menulis kata Otak huruf depannya keliru huruf besar  sedangkan kata tuhan huruf depannya keliru huruf kecil....akhirnya yang  keluar dari dada dan otak saya malah program mrengut dan  methentheng....sholat itu pun akhirnya gagal maning....gagal  maning.....dan nggak tahu kenapa setelah itu biasanya berkesinambungan  mencari pembenaran dari luar diri, bantai sana bantai  sini...biasalah...cari pelampiasan kegagalan diri...... kata pak Ustadz "  Itu riya' ..!." Saya pun hanya bisa tersipu malu ..!!
wassalam, semoga bermanfaat
Sumber : {disini}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar